Cerita Liburan ke Dieng, Banjarnegara – Wonosobo

Hari Minggu, 28 Mei 2023 kami sekeluarga liburan ke Dieng. Merealisasikan agenda yang sudah lama tapi dari bulan-bulan lalu terus kepending karena berbagai hal. Kami berdelapan orang terdiri dari dua orang tua kami, saya, suami, dan anak, serta tiga adik saya. Formasi cukup lengkap, kurang satu orang lagi enggak ikut yaitu adik saya yang kerja di Jakarta.

Berhubung ini perjalanan panjang, akhirnya kami sewa mobil sekaligus sopir. Kebetulan sewa mobil dan sopirnya ini teman kerja saya di perusahaan kami bekerja.

Persiapan Liburan ke Dieng


Cerita Liburan ke Dieng

Namanya juga liburan keluarga, sudah pasti rempong. Mama saya dari H-1 belanja bahan yang akan dimasak. Adik saya beli buah-buahan, eh, belum cukup juga, suami saya juga beli jajanan di minimarket. Hhh…. Saya yang biasa jalan tinggal bawa diri, baju ganti, dan air minum, geleng-geleng melihat mereka.

Minggu dini hari kami bangun, masak. Ya, tepatnya mama sih yang masak. Bikin ayam goreng, sayur kentang, sayur tempe, lalapan urap, dan nasi. Persiapan masak sampai waktu subuh, selanjutnya berbenah, mandi, salat, dan sarapan, sambil nunggu mobil datang menjemput kami.

Sesuai dengan perjanjian saya dengna teman saya (namanya Dani), jam setengah 6 sudah sampai di rumah kami. Sehingga kami bisa berangkat sesuai rencana, jam 6 pagi. Memasukan barang-barang bawaan ke mobil, dan memastikan tidak ada yang tertinggal. Rupanya, sampai di Purbalingga kota, saya baru sadar tidak memakai kacamata, mau balik lagi tapi perjalanan sudah cukup jauh, jadi ya sudahlah, lanjut terus. Toh saya enggak naik kendaraan sendiri.

Perjalanan menuju Dieng kali ini lewat jalur Wonosobo agar jalan yang dilalui tidak seekstrem kalau lewat Kali Bening, Banjarnegara. Memilih jalan ini karena kami adalah pemabuk kendaraan. Pada keberangakatan ini yang mabuk di mobil adik saya yang kedua, yang lainnya mencoba tidur agar tidak pusing.

Sampai di portal menuju Dieng, kami dikenai tariff Rp 10.000/orang. Jadi kami harus bayar Rp 70.000 untuk tujuh orang. Anak saya yang masih kecil belum dikenakan tariff. Karcis tanda masuk ini berlaku untuk masuk ke Gardu Pandang Setieng, Kawasan Dieng Plateau, Tuk Bima Lukar, dan Dieng Plateau Theater. Sayangnya, kami tidak masuk ke destinasi pilihan itu. Tujuan kami adalah Candi Arjuna, Kawah Sikidang dan Telaga Warna.

Candi Arjuna yang Selalu Memikat Hati


Candi Arjuna
Kawasan Candi Arjuna

Candi yang memiliki nama Arjuna ini membuat banyak orang penasaran. Pasalnya, kisah pewayangan antara Pandawa dan Kurawa sudah turun temurun diceritakan. Dan tokoh Pandawa yang sangat terkenal adalah Arjuna.

Dalam pewayangan dikisahkan memiliki istri bernama Srikandi, sosok pria tampan rupawan yang memikiat hati wanita mana saja. Di tahun modern begini, kita hanya bisa mengagumi dan mengunjungi candinya saja.

Merupakan salah satu candi peninggalan umat Hindu, dan sampai sekarang juga masih aktif digunakan untuk tempat sembahyang bagi umat hindu. Untuk itu, toilet berada di luar kawasan candi.


Kembali lagi ke perjalanan keluarga kami. Sebelum memasuki kawasan Candi Arjuna, di perjalanan kami juga dicek lagi, apakah sudah memiliki karcis tanda masuk atau belum. Kami menunjukkannya, sehingga tak perlu bayar lagi tiket yang Rp 10.000/orang.

Akhirnya sekitar jam 10 pagi kami sampai di Kawasan Candi Arjuna. Harga tiket masuk di sini Rp 20.000/orang, tapi ini sudah merupakan tiket terusan ke Kawah Sikidang. Total untuk tiket masuk di sini Rp 140.000 untuk 7 orang. Anak kecil saya belum dikenakan tariff masuk.

Di Candi Arjuna sudah cukup ramai pengunjung, belum lagi kami juga drama karena mencari toilet yang ada di luar kawasan candi. Setelah berhasil menemukan toilet, giliran anak saya tantrum. Untungnya cuma sebentar dan mau tenang lagi di komplek Sendang Sedayu.

Sendang Sedayu dan Sendang Maerokoco
Nenangin anak di sekitar Sendang Sedayu dan Sendang Maerokoco

Setelah anak saya cukup tenang, kami kembali ke komplek Candi Arjuna. Sambil melihat-lihat candi yang selalu memikat hati, kami memperhatikan bahwa candi di sekitarnya sedang proses pemugaran. Ramai pengunjung untuk berfoto bahkan membuat video. Saya juga tak mau ketinggalan dong, ambil beberapa foto. Tapi sayang, baru sedikit foto yang diambil, anak saya tantrum lagi. Maunya pulang, enggak mau di sini. Ya sudah, kami memilih keluar dari komplek Candi Arjuna menuju tempat parkir. Jeng… jeng… kami salah pintu keluar, booo! Harusnya keluar dari pintu masuk tadi, tapi kami keluar dari pintu masuk lainnya. Akhirnya kami nyasar di tempat parkir pintu masuk lain.

Saya panik, telepon Dani untuk segera menjemput kami di parkiran, rupanya jauh dari titik kami parkir yang sebelumnya. Sambil nunggu mobil datang, saya dan suami mencoba menenangkan anak agar tidak nangis terus. Mungkin dia lapar sih… sudah saatnya makan siang juga.

Pas mobil datang, kami langsung masuk dan mencari tempat untuk makan, rupanya di pinggir jalan tempat makannya cukup berdebu. Kami melewati pintu masuk yang sebelumnya. Ke situ lagi, dan ke gazebo untuk makan dan istirahat.

Komplek pintu masuk Candi Arjuna
Anak udah tenang, emak bisa bergaya 😂
Lokasi: Komplek pintu masuk Candi Arjuna

Kami membongkar bekal yang dibawa. Makan siang di tengah-tengah pohon rindang dengan udara sejuk memang menyenangkan. Anak saya juga kembali tenang, mau makan dan bermain.

Selesai istirahat kami melanjutkan perjalanan ke Kawah Sikidang. Iya, dari Candi Arjuna hanya sebentar. Hanya untuk melepas rindu yang telah tertimbun lama, terkahir kali saya ke sini itu bulan November 2018.

Kawah Sikidang Kian Memesona


Kawah Sikidang
Jangan tanya suami saya mana, jelas jadi fotografer 😁

Bagi pengunjung Kawah Sikidang yang sebelumnya masuk ke Candi Arjuna, tidak perlu membayar tiket lagi. Karena tiket Candi Arjuna dan Kawah Sikidang jadi satu. Kami cukup menunjukan tiket terusan Candi Arjuna ke petugas di depan pintu masuk Kawah Sikidang.

Liburan di Kawah Sikidang
Cucu yang nempel kek Kakeknya

Pas masuk ke Kawah Sikidang, saya langsung takjub. Di tahun 2018 silam, Kawah Sikidang belum terawat sebagus ini, bahkan dulu jalannya masih becek karena tanah liat. Jujur saja, perkembangan Kawah Sikidang ini patut diacungi jempol. Mantap banget.

Ditambah lagi kini banyak gazebo dan tempat duduk untuk beristirahat. Kami sekeluarga merasa bahagia bisa singgah di Kawah Sikidang. Selain dari panorama dan cuaca yang mendukung, jalur yang dilalui juga sudah bagus dan lebih safety.

Kawah Sikidang
Adik bungsu dan Mama

Bapak saya juga kagum, bahkan sempat mengatakan, “Kayu yang buat jembatan ini bukan sembarang kayu, ini salah satu jenis kayu besi, meski kena panas dan hujan akan awet tidak mudah rapuh. Bikin jembatan sepanjang ini pas ngabisin duit milliaran.”

Di sisi lain, anak saya juga ceria. Dia malah minta turun jalan sendiri. Melihat asap di Kawah Sikidang, dia berteriak, “Gunung Meletus!” Ha.. bocil… bocil….

Liburan di Kawah Sikidang
Anak senang, emaknya tak kalah girang

Di Kawah Sikidang kami juga tidak terlalu lama, tapi yang bikin lama adalah pada saat keluar dari pintu keluar menuju parkiran. Kami harus melalui beberapa putaran untuk menuju tempat parkir. Sepanjang jalan ini banyak sekali pedagang yang menjual oleh-oleh, dan kami pun tergoda untuk membeli oleh-oleh untuk Dani juga untuk kami sendiri.

Kawah Sikidang

Sambil jalan melewati pedagang lainnya, saya merasa rugi. Makin dekat dengan parkiran, maka harga yang ditawarkan makin murah. Kayak Carica, saya beli Rp 10.000/bungkus, di penjual yang makin dekat pintu parkir ada yang Rp 20.000/3 bungkus, ada juga yang Rp 7.500/bungkus. Haah, ini pelajaran buat kami, kalau belanja oleh-oleh di tempat wisata, jangan langsung beli, belinya nanti dekat tempat parkir saja.

Pada saat jalan menuju pintu keluar, kami merasa sudah sangat lelah, juga belum salat duhur. Untungnya di dalam ada Mushola kecil. Kami bisa istirahat sejenak untuk salat dan melepaskan penat. Saya kaget pada saat wudhu, airnya dingin banget.

Setelah selesai, perjalanan kami lanjutkan menuju tempat parkir yang entah kapan sampai. Dengan wajah kucel, kaki pegel, dan lain sebagainya, kami lanjut terus. Bahkan dari Kawah Sikidang ini kami lanjut ke Telaga Warna.

Telaga Warna yang Menyejukkan Hati dan Pikiran


Danau Telaga Warna
Spot foto di Danau Telaga Warna

Siapa yang mau damai, beban pikiran merasa terkurangi? Coba menepi ke Telaga Warna ini.


Sebelum masuk ke Telaga Warna, pada saat di parkiran kami ditawari paket naik Jeep dengan biaya Rp 250.000/jeep. Bisa muter-muter ke beberapa lokasi, dan melihat keindahan Telaga Warna dari atas. Tadinya saya mau mencoba, tapi bapak saya tidak mau. Jadi ya sudah masuk yang biasa saja.

Harga tiket masuk Telaga Warna Rp 22.500/orang. Kami berenam yang masuk, jadi totalnya Rp 135.000,-. Suami saya sudah lelah jadi enggak ikut masuk, dia nunggu di parkiran sambil ngemil dan medang sama Dani.

Tiket Rp 22.500/orang ini, sebenarnya saya rada-rada melongo sih. Karena tiket ini terdiri dari 3 tiket. Yang pertama tiket dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebesar Rp 7.500/orang, yang kedua Jasa Penyediaan Sarana Wisata Alam Dieng –Wonosobo Rp 12.500/orang, dan Asuransi Rp 2.000/orang.

Telaga Warna

Telaga Warna ini memang cocok untuk healing karena ada danau yang tenang dengan rimbunnya pepohonan, serta udara yang segar dan angina sepoi-sepoi. Jujur saja, saya di sini jadi ngantuk, mungkin karena sudah lelah juga bangun yang dini hari.

Kami mencoba menelusuri hutan yang mendekati Telaga Pengilon. Cukup melelahkan memang, tapi kami masih sanggup untuk menyusuri jalan setapak di hutan.

Danau Telaga Warna Wonosobo
Pose dengan wajah lelah, 😂

Setelah merasa puas karena terlalu lelah, kami putuskan untuk keluar dari Telaga Warna. Biar tidak terlalu jauh, kami keluarnya dari samping pintu masuk. Hal ini biar tidak terlalu muter-muter tidak karuan yang bikin kaki makin gempor. Kalau saya mungkin masih kuat, tapi mama dan adik-adik saya sudah pada ngeluh.

Okay, akhirya kami kembali lagi ke tempat parkir, masuk mobil, dan bersiap pulang ke Purbalingga.

Perjalanan Pulang yang Tenang Karena Kelelahan


Liburan ke Dieng
Akhirnya, bisa juga foto sama suami

Kalau perjalanan berangkat tenang karena takut pada mabuk, kini pulangnya tenang karena sudah tidak berdaya lagi. Sepanjang perjalanan cukup hening. Pada saat sampai di kota Wonosobo, saya pengen nyicipin Mie Ongklok saja enggak bisa. Pada enggak mau turun katanya sudah mager dan capek. Ya sudah, lanjut terus ke Banjarnegara, dan mencari tempat ibadah karena kami belum salat Ashar.

Kami berhenti di salah satu masjid di Kota Banjarnegara untuk salat Ashar. Tak disangka, rupanya sesuatu terjadi pada saya. Saya mabuk, Gaaesss…. Untungnya sudah di dalam toilet masjid bukan di mobil.

Seharusnya saya tuh ambil air wudhu saja, tapi malah mabuk dulu. Jadi lama deh di dalam toilet. Yang lain sudah pada selesai salat, saya baru mau mulai salat. Haaa… saya lelah juga rupanya, ditambah lagi perut tidak mendukung.


Pas sampai di Purbalingga kami memutuskan beli bakso seberang Perikanan Purbalingga. Bakso di sini gede-gede dan enak banget. Tapi sayangnya pada enggak mau turun juga. Akhirnya pesan 8 bungkus, yang 1 bungkus untuk tambahan oleh-oleh Dani.

Biaya yang Dikeluarkan untuk Liburan Keluarga ke Dieng


Liburan keluarga ke Dieng ini kami mengeluarkan cukup banyak bagi golongan orang-orang seperti saya yang masih mendang-mending. Ya, maklum sih, karena pakai mobil. Biasanya yang liburan cuma saya dan suami cukup pakai motor. Berikut rincian biaya yang kami keluarga untuk liburan ke Dieng bareng keluarga. Siapa tahu bisa buat referensi teman-teman.

Bekal makanan dan jajan = Rp 400.000,-
Sewa mobil (sudah termasuk sopir, uang makan, bensin, dan parkir) = Rp 950.000,-
Tiket masuk Candi Arjuna dan Kawah Sikidang Rp 20.000 X 7 orang = Rp 140.000,-
Tiket masuk Telaga Warna Rp 22.500 X 6 orang = Rp 135.000,-

Oleh-oleh untuk sopir (optional):
Keripik anggur = Rp 15.000,-
Keripik mentah = Rp 10.000,-
Carica = Rp 10.000,-
Bakso = Rp 22.000,-

Oleh-oleh untuk sendiri:
Carica = Rp 20.000,-
Keripik anggur = Rp 15.000,-
Keripik mentah = Rp 10.000,-
Kentang = Rp 15.000,-
Cabai Dieng = Rp 20.000,-
Belerang = Rp 10.000,-

Jajan:
Mie cup = Rp 20.000,-
Kentang goreng = Rp 10.000,-
Bakso = Rp 176.000

Total biaya = 1.978.000,-

Bisa dikatakan total yang dikeluarkan Rp 2 juta, tapi ini belum termasuk jajan adik saya, karena saya enggak tahu mereka pada jajan apa saja, termasuk beli buku-buku bekas di pintu keluar Kawah Sikidang.

Penutup


Perjalanan ke Dieng itu enggak hanya bawa uang atau bekal saja, tetapi juga perlu fisik yang kuat. So, buat teman-teman yang mau ke Dieng, jaga kesehaan dari sekarang.

Biasanya di bulan Juli merupakan bulan yang cakep untuk liburan ke Dieng meskipun udara dinginnya kian menusuk. Selain itu, ada informasi wisata Candi Arjuna dan Kawah Sikidang akan ditutup selama satu tahun mulai akhir Juli 2023 hingga Juli 2024.

Yuk, segera agendakan sebelum ditutup.

Informasi Sewa Mobil Purbalingga dan Sekitar


Oh ya, saya sewa mobil dari rumah saya di Purbalingga untuk waktu sehari, enggak pakai jam-jam-an. Buat teman-teman sedang mencari informasi rental mobil wilayah Purbalinga, Banyumas, dan sekitarnya, bisa menghubungi:

  • Arif Pujianto: 0858-6961-6562
  • Dani Sigit S: 0858-0295-8857
  • Andri Purwoko: 0857-3503-3335