Menikmati Ramainya Jalan di Jogja yang Penuh Kesan

www.travelingku.net
Perjalanan ini masih tentang cerita masa-masa honeymoon ya, maklum pengantin baru. Kala itu malam Minggu di Jogja, awalnya bingung mau ngapain, jadi kami putuskan untuk ke Malioboro, biar kayak orang-orang gitu. Malam Minggu macet dan ramai, terlebih lagi ada beberapa ruas jalan di Maliboro yang sedang dipugar.

Sambil menyusuri jalan, kami coba mencari santapan untuk mengisi perut. Terlihat penjual aneka makanan sangat ramai. kami berhenti di warung pinggir jalan untuk makan malam. Dengan menu nasi gudeg dan tempe goreng, kami cukup lahap memakannya, bukan karena rasanya yang enak banget, tetapi kami yang sedang kelaparan. Jadi ya, apa saja bisa masuk ke perut, andai saja beling-beling bisa dimakan, kami pun makan juga. Hahahaha, just kidding :D

Saking lahapnya, kami sampai lupa tidak memfoto makanan kami. Tapi ada baiknya juga, karena rasanya memang kurang enak. Manisnya terlalu, mungkin ini karena lidah saya yang belum terbiasa ya, jadi agak merasa aneh. Selain itu, bumbunya kurang nendang (kalau ini pasti kesalahan lidah saya, karena biasanya kami traveling itu makannya nasi padang). Padahal ya, orang-orang yang di dekat kami makannya enak banget. Sangat menikmati hidangan yang ada dan menu sama. Ya sudah, kemungkinan terbesar lidah kami, terutama saya yang sangat-sangat embuh. Tapi enggak apa-apa lah ya, nasi gudeg ini cukup mengganjal perut yang sudah discoan, bukan hanya keroncongan saja. Untuk air minum kami beli bawa sendiri yang pas dari hotel, kami mampir ke salah satu swalayan.

www.travelingku.net
Norak dikit gpp lah ya :D

Setelah selesai makan, kami menghampiri penjualnya untuk membayar apa saja yang kita makan. Cukup kaget juga dengan harga yang dilontarkannya. Pasalnya hanya dua nasi gudeg dan dua tempe goreng dibandrol Rp 46.000,00. Okay lah, fix, mungkin harga standardnya begitu karena di tempat keramaian. Telebih kami sedang kelaparan dan sedang malas untuk mencari tempat makan yang recomended.

Kemudian kami melanjutkan jalan kaki dan menikmati malam di titik 0 Kilometer Yogyakarta. Pinginnya sih kayak orang-orang gitu, duduk-duduk di kursi pinggir jalan Malioboro, terus upload ke instagram. Eh, ternyata momen kami kurang beruntung. Selain banyak material yang cukup berserakan, wisatawan pun sedang membludag (aslinya Jogja memang setiap hari ramai). Ya sudah, kami hanya duduk sambil melihat sliwernya lalu lintas yang sangat padat.

www.travelingku.net
Biar nampak pengantin baru :D

Puas melihat lalu lintas, kami geser ke depan benteng Vredeburg dan duduk-duduk santai. Sambil ngobrol-ngobrol ngalor ngidul, Pak Suami inisiatif menghubungi adiknya yang kerja di Jogja. Untuk membunuh waktu menunggu dia datang, kami nyicipin jagung bakar. Itung-itung biar enggak terlalu bosan menunggu. Dan akhirnya, jagung bakar habis, adik sampai juga. Oh ya, dia bernama Usman.

Dia mengajak kami ke Patung Tugu yang ramai dan yang katanya ngehitss kalau di malam hari. Dan ya, memang ramai banget, beruntung bisa ambil foto-foto juga di sini meski harus antri terlebih dahulu. Foto-foto sudah puas, berbincang-bincang sambil jalan-jalan sekeliling tugu juga sudah, ternyata kami lapar lagi. Beruntungnya Usman mau mengajak makan di warung lesehan dekat sungai. Tapi sayangnya, saya lupa apa nama sungai tersebut, yang jelas seberangnya ada gedung hotel. Sepanjang jalan di pinggir jalan itu banyak orang-orang yang berjualan makanan dan minuman baik makanan berat/camilan.

www.travelingku.net
Menunggu foto di sini itu lamanyaaaa

Berhubung lapar, saya pesan nasi goreng, lemon tea hangat dan camilan roti bakar (enggak usah dibayangkan makan nasi goreng terus camilannya roti bakar). Kalau suami pesan mie goreng, lemon tea hangat dan kentang goreng. Sedangkan Usman hanya memesan mie goreng dan es teh.


Enggak tahu mengapa ya, hanya sedikit jalan-jalan saya mudah kelaparan, kan jadi lupa lagi mau memfoto makanan. Setelah makanan saya habis, saya juga mengganggu makanan suami. Iya, saya juga ikut nimbrung makan kentang gorengnya. Entahlah, mungkin masa proses pertumbuhan menuju emak-emak (jadi gemuk) wkwkwkwkwk.

Makan di pinggir jalan, terus di bawahnya itu ada sungai, seberang jauh sana ada perumahan dengan lampu yang kerlap kerlip. Rasanya memang syahdu, sampai enggak kerasa kalau makanan kami sudah ludes des, mau nambah tapi malu. Jadi ya sudah, kami segera bayar. Dan harganya berbanding terbalik dengan nasi gudeg yang tadi. Ini sangat luar biasa. Dari semua makanan yang kami pesan, hanya menghabiskan Rp 48.000,00. Super duper murah meriaaaaah....

www.travelingku.net
Foto wajib ketika berada di Jalan Malioboro

Pagi-pagi diawali dengan ribut mencari sarapan, setelah muter-muter keliling perumahan, kami belum nemu juga. Akhirnya dengan lelah, kami menemukan gang yang terdapat orang jualan makanan. Ternyata Warung Ayam Geprek Bu Rum. Langsung kami pesan dan makan di situ. Setelah selesai, kami cap cus ke Malioboro lagi. Ceritanya biar kekinian, foto-foto di jalan gitu, terus tak lupa juga foto duduk di kursi pinggir jalan. Ya, meksipun bukan malam hari, yang penting rasa penasaran sudah terbayar. Namun, perjalanan kami di Maliboro belum berakhir, kami mencari penjual bakpia. Jalan kaki entah berapa ratus meter ke tempat pusat penjualan bakpia pathok 25. Asyiknya di sini ada testernya. Udah gitu, bakpianya masih fresh from the oven, bahkan bukan cuma anget, tapi panas.

www.travelingku.net
Kalau sudah foto di sini berarti sudah kekinian, hahahaha

Giliran mau balik ke parkiran, kami bingung. Mau jalan lagi enggak mungkin deh kaki dah pegel-pegel banget. Jadi kami naik becak menuju parkiran. For your information ya, Guys... tempat parkir di Malioboro sekarang tertata rapi. Berada di ujung utara seberang jalan Malioboro. Kendaran roda dua ada di atas, sedangkan roda empat ada di bawah. Dan dengan sisa-sisa tenaga, kami naik tangga untuk mengambil motor. Yang akhirnya kami langsung menuju Magelang.

Hallo, Borobudur, I’m Coming.... perjalanan pun penuh warna, sempat nyasar dan lain sebagainya. Bahkan sampai masuk ke kompleks Universitas Gajah Mada. Hahahaha.. niat banget kan. Itulah cerita perjalanan absurd kami, kalau kalian bagaimana?

Pesona Surga yang Tersembunyi dari Bukit Mertelu

www.travelingku.net
Bukit Mertelu
Assalamu'alaikum wr wb....

Selamat berakhir pekan, teman-teman. Adakah rencana jalan-jalan untuk sekedar membuang penat atau untuk menikmati keindahan alam bumi Indonesia yang tercinta ini? Karena sudah menjadi rahasia umum ya, bahwa Indonesia merupakan tanah surga yang memiliki kesuburan, keindahan dengan segala bentuk perbedaan yang tersaji menjadi dalam sebuah nusantara yang terbentang luas.

Berbicara tentang keindahan alam di setiap sudut pasti ada. Bahkan masih banyak surga yang tersembunyi di negeri ini. Seperti halnya perjalanan yang baru saja saya lakukan. Letaknya tidak jauh dari desa tempat tinggal saya karena memang ini masih dalam satu wilayah kecamatan. Bisa dikatakan tetangga desa. Saya baru menyadari bahwa ada tempat wisata yang benar-benar ikonik dan sangat memesona.


Karena masih tetangga desa, saya menuju lokasi melewati jalur terobosan alias jalur alternatif. Lebih cepat sampai dan memangkas jarak ketika dibandingkan melalui jalur utama (jalan raya).

Ngomong-ngomong dari tadi bahas lokasi, memang mau ke mana?

Jadi begini loh, saya dan Pak Suami, ceritanya sedang refreshing biar otak kembali segar setelah seminggu berkutat dengan pekerjaan. Inginnya sih ke pantai, cuma jauh, jadi kami putuskan untuk ke Bukit Mertelu yang terletak di Desa Sangkanayu, Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Tempat ini menjadi pilihan kami, selain dekat, kami juga penasaran ada apa sebenarnya di Bukit Mertelu tersebut.

www.erycorners.com
Di beberapa titik ada tempat untuk istirahat sejenak

Setelah sampai di lokasi tempat parkir, kami harus jalan kaki dengan jalan yang cukup menanjak. Jaraknya sekitar 1 - 2 km. Yaa, hitung-hitung sambil olah raga begitu. Jalan yang kami daki pun menyuguhkan pemandangan yang cukup menawan. Udara yang sejuk dan segar membuat kami semakin semangat untuk menuju Bukit Mertelu.


www.travelingku.net
Di perjalanan meunuju puncak juga ada taman kecilnya


Di situ terpampang jelas tentang Sapta Pesona yang memang harus ada di setiap lokasi wisata. Ditambah ada beberapa peraturan yang harus ditaati oleh pengunjung, salah satunya adalah ketika turun hujan, seluruh pengunjung wajib turun dari Bukit Mertelu. Hal ini tentunya untuk menjaga keselamatan seluruh pengunjung.

Di sepanjang yang kurang lebih 2 km ini, ada beberapa spot untuk berselfie atau hanya sekedar duduk-duduk santai dan beristirahat. Seperti halnya yang kami lakukan ini.

www.travelingku.net
Bisa juga main ayunan sebentar sebelum melanjutkan perjalanan


Bahkan, ada juga nih, tempat duduk, sekaligus tempat buat foto-foto, ibarat sarang burung namun luas dan mampu untuk kita bersandar sejenak. Ketika langkah ini belum sampai jua, ternyata masih ada sajian-sajian menawan dari jalan ke Bukit Mertelu.

www.erycorners.com
Katanya sih ini sudah deket dengan puncak. Benarkah itu?

Dengan penuh keceriaan kami melangkah yang akhirnya membawa ke sebuah tempat di mana mata ini disuguhkan dengan pemandangan yang ciamik. Aduhai sekali indahnya.

www.travelingku.net
Kalau ini fix udah deket dengan puncak

Setelah memakan waktu dua puluh menitan, akhirnya kami sampai juga di Puncak Bukit Mertelu. Pesona alam yang apik itu sungguh benar-benar memanjakan mata setiap pengunjung. Tak heran, setiap hari selalu ramai dikunjungi. Setiap harinya sedikitnya dua ratus wisatawan datang. Mereka yang datang juga bukan hanya dari daerah sekitar melainkan dari luar Kabupaten Purbalingga seperti Banyumas, Tegal, Brebes dan Pekalongan. Meski perlu perjuangan terlebih dahulu karena berlajan kaki melewati jalan setapak, tapi semua itu lunas terbayarkan dengan sesuatu yang sangat indah bak surga.

www.travelingku.net
Sampai juga di puncak

Dari ketinggian yang melebihi 900 meter di atas permukaan laut, tentunya tempat ini sangat cocok untuk menghadirkan spot selfie dengan tema alam. Melihat hamparan luas dari hijaunya hutan belantara. Mengingatkan pada kita, bahwa diri ini sungguhlah kecil dibandingkan dengan alam yang begitu luas dan elok ini. Mengajarkan pada kita juga, bahwa alam yang indah ini harus tetap terjaga dan lestari, bukan untuk dirusak. Biarkan keelokan itu terus ada hingga nanti, karena ini merupakan salah satu Surga Alam Indonesia yang masih tersembunyi.

Baca juga : Desa Panusupan, Tempatnya Surga Alam Indonesia

Tempat untuk menikmati Bukit Mertelu juga bukan hanya itu saja, tetapi ada sebuah ayunan yang bisa kita gunakan. Ini merupakan salah satu spot favorit bagi pengunjung. Karena apa? Sambil berayun-ayun layaknya di atas awan, terus diambil foto, tentunya sangat menarik dan eksotis. Berlatar sebuah perbukitan hijau, sambil tersenyum menaiki sebuah ayunan. Rasa bahagia dan puas pun ada di dalam hati.

Pose favorit

Hadirnya wisata baru di Bukit Mertelu ini, menambah tujuan wisatawan untuk menikmati keindahan yang ada di Purbalingga. Juga merupakan sebuah kebanggaan tersendiri bagi saya, karena Bukit Mertelu masih satu daerah dengan saya, yakni sama-sama beralamatkan di Kecamatan Mrebet. Selain itu, masih banyak alasan mengapa saya bangga dan merekomendasikan Bukit Mertelu menjadi salah satu tempat wisata yang wajib dikunjungi, di antaranya :

1. Harga tiket yang super murah
Tiket masuk hanya dikenai biaya Rp 5.000 per orang, tiket parkir cuma Rp 2.000 untuk kendaraan roda dua dan Rp 5.000 untuk kendaraan roda 4. Dan bagi yang ingin menikmati ayunan langit, cukup membayar tambahan Rp 5.000; sangat murah kan?

2. Adanya ayunan langit
Ini yang menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Ayunan langit, rasanya memang rada deg-deg ser gimana gitu ya? Tapi tenang saja, karena sudah ada perlengkapan safety yang mendukung. Jadi siapa saja bisa menikmati ayunan langit dengan tenang dan aman.

3. Panorama alam yang menawan
Pemandangan yang menakjubkan hadir di sini. Kita juga bisa menikmati indahnya hamparan alam yang sangat eksotis.

Nah itu beberapa alasan mengapa perlu berkunjung ke Bukit Mertelu. Untuk berkunjung ke sini memang perlu energi, karena harus mendaki melalui jalan sempit. Untuk itu, saya bagi tips sedikit nih bagi teman-teman yang mau main ke sini.

  • Tentu saja hal yang utama adalah Doa agar kita selalu selamat

  • Jangan lupa sarapan agar stamina mendaki itu full

  • Bawa bekal secukupnya, bagi yang mudah haus jangan lupa bawa minum lebih

  • Gunakan pakaian yang nyaman untuk tracking jalan yang menanjak

  • Gunakan sepatu atau sandal yang nyaman (bukan tipe high melainkan cats atau sandal pendaki)

  • Kalau perlu bawa perlengkapan P3K sederhana seperti minyak kayu putih dan plester

  • Tambahan lagi nih, biar foto-foto yang dihasilkan okay punya, teman-teman datangnya pas hari cerah atau jam 11 siang. Itu merupakan saran dari pengelola tempat wisatanya. Jangan kayak kami ya, yang jam 9 pagi sudah sampai, jadi kabut masih tebal. Hehehe
www.travelingku.net
Pas kami datang itu kabut pas lagi tebel-tebelnya

Untuk rute menuju ke Bukit Mertelu, saya bagikan dari pusat kota Purbalingga ya. Dari arah kota Purbalingga menuju ke utara (arah Bobotsari), hingga sampai di pertigaan Selaganggeng. Kemudian ambil kiri yang rute menuju Desa Wisata Serang. Lurus hingga sampai di Desa Sangkanayu yang hampir perbatasan dengan Desa Serang, ada pertigaan kecil dengan plang bertuliskan 'Wisata Alam Bukit Mertelu'. Ambil kanan mengikuti jalan sampai mentok ke lokasi Parkir.

Baca juga : Kampung Warna Bobotsari, Wisata Murah Meriah yang Full Colour

Itulah tentang perjalanan kami untuk mengeksplor alam yang ada di daerah kami sendiri. Kalian patut untuk berkunjung ke sini, dijamin tidak akan menyesal. Semoga bermanfaat, terima kasih sudah membacanya, dan Wassalamu'alaikum wr wb.