Mengulik Perjalanan Purbalingga, Banjarnegara, Kebumen, Banyumas


Wow, dari judulnya saja terlihat cukup ekstrim. Bagaimana tidak? Dari Purbalingga ke Banjarnegara terus ke Kebumen lanjut ke Banyumas. Yang tahu rute pejalanan ini pasti menganggap saya ini cukup gila, karena perjalanan yang ngeri-ngeri sedap. Lalu, bagaimana yang belum tahu? Tenang, saya akan menceritakan perjalanan ini.
Jalan yang kita lalui menyejukkan mata

Sebenarnya sudah hampir dua bulan perjalanan ini. Diawali dari rencana liburan ke Pantai yang terletak di Gombong, Kebumen. Saya mengajak teman untuk pergi ke sana. Namun, kami berangkat sudah cukup siang, karena rempong dulu di dapur. Sehingga kita menggunakan jalur alternatif, yaitu melaui Banjarnegara. Sayangnya, pas baru nyampai Kecamatan Bukateja, Purbalingga, kita harus bermacet ria karena jalan sedang direnovasi.

Sesampainya di Mandiraja, Banjarnegara, kami menuju arah selatan. Dari sinilah petualangan kami dimulai. Jalur yang kami lalui cukup membuat senam jantung, ya maklum cewek berdua naik motor. Kanan kiri perbukitan, bahkan merupakan daerah rawan longsor. Tak sedikit kami jumpai di titik-titik longsor yang sedang diperbaiki, seperti perbaikan jembatan dan jalan. Rute ini memang luar biasa. Ada tanjakan, turunan, tikungan tajam dan curam, membuat adrenalin semakin gregetan. Rasanya ngeri tapi sedap. Negerinya, kalau tidak pandai-pandai mengatur rem dan gas sepeda motor, bisa-bisa kita masuk ke jurang, atau malah terjadi tabrakan karena jalan sempit tetapi ramai. Sedangkan sedapnya, pemandangan yang luar biasa itu menyejukkan mata. Apa lagi udara yang sejuk, membuat perjalanan tidak terasa panas.

Pemandangan di area waduk Sempor

Setelah perjalanan satu jam dari Purbalingga, kami istirahat dan singgah di Waduk Sempor, Kebumen. Sambil merabahkan badan yang lelah, juga bisa menikmati pemandangan yang hijau dan menyegarkan, serta bisa merasakan damainya alam ini.

Adem deh di Waduk Sempor


Dari Sempor kita langsung menuju Pantai Suwuk dengan mengandalkan plang di jalan raya. Prinsip kami, nyasar ya masih di Jawa Tengah dan masih satu rumpun ngapak. Hehehehe… Untuk menuju ke Pantai Suwuk, kami pun sempat bertanya-tanya ke penduduk setempat karena kami hampir nyasar ke Jogja. Setelah perjalanan yang memakan waktu sampai satu jam, kami pun tiba di Pantai Suwuk.


Puas di Pantai Suwuk, kita lanjut ke pantai lain meski bukan rencana awal. Hanya waktu beberapa menit saja, kita singgah di Pantai Karang Bolong dan menikmati keindahannya. Setelah hari cukup sore, kita harus pulang (takut pulang malam, nanti emak sama babeh ngomel :D).


Dalam perjalanan pulang, kami ambil jalan yang berbeda. Kami melalui jalur kota sambil melirik ke kanan dan kiri di mana ada tempat makan yang nikmat dan pas dengan budget kita. Dari Gombong kami lurus ke utara menuju daerah Tambak, Kabupaten Banyumas, untuk menikmati kuliner khas. Dan kami singgah di Warung Makan Sate dan Richa-richa Bebek Lombok Ijo ‘Budhe'.


Setelah kenyang, kita lanjutkan perjalanan menuju Sumpiuh, Banyumas. Jalanan cukup ramai dari kedua arah. Terlebih merupakan jalur selatan menuju Jakarta. Berhubung masih terasa lelah, dan teman saya merasa kepanasan, kami singgah sebentar di pondok bambu pinggir jalan raya Sumpiuh. Tujuannya memang untuk istirahat, selain itu untuk menikmati dawet ketan hitam.

Istirahat sejenak melepas lelah di Sumpiuh, Banyumas

Sambil menunggu teman saya menghabiskan es dawetnya, saya leyeh-leyeh (istirahat) sejenak sambil menikmati belalaian angin yang mesra (mesranya sama angin :O) dan menyejukkan.
Betah deh duduk-duk di sini, sambil lihat pemandangan cakep
Selesai menghabislan es dawet itu, kita lanjutkan perjalanan menuju Sokaraja. Namun sayang, jalan sudah padat merayap bahkan jalur sebaliknya macet. Akhirnya di pertigaan Kebasen, Banyumas, kami ambil kanan untuk mencari jalur alternatif. Dan, jalur ini lebih gila dari jalur pertama berangkat.

Lebih ekstrim, tanjakan dan turunannya lebih tinggi dan curam. Selain itu, karena ini jalan desa, luas jalan pun lebih sempit. Ditambah lagi, aspal jalan yang belum halus, bahkan ada beberapa ruas jalan yang berlubang. Ini bukan senam jantung lagi tapi tambah senam perut karena merasa terkocok-kocok perutnya.

Setelah melewati jalur itu, kami menemukan pertigaan jalan raya. Agar tidak tersesat kami bertanya pada pedagang ayam goreng. Dia menjelaskan, bahwa yang ke kiri arah ke Sokaraja, dan yang ke kanan arah Klampok, Banjarnegara. Fix, dia menyarankan untuk ambil arah ke kanan, yang lebih dekat ke Purbalingga.

Oke, dari Banyumas kita ke Banjarnegara (lagi). Kali ini jalan yang dilalui pun asing. Baru pertama kali saya lewat jalur ini. Ini memang benar-benar jalur alternatif, karena jalan desa juga, bahkan kita melewati perkebunan yang cukup luas. Rasa yang sudah lelah, membuat kita capek dan belum sampai-sampai juga ke Klampok.

Ketika melihat plang ‘Klampok', kita langsung semangat lagi dan terus menekan kecepatan untuk pulang ke Purbalingga. Berhubung di Bukateja sedang diperbaiki, kita pun lewat jalur alternatif agar tidak kejebak macet. Namun, di Kemangkon, justru kemacetan sangat parah. Kendaraan masuk ke jalan ini semua, karena mereka pun menyadari jalan di Bukateja sedang diperbaiki.

Damn… macet parah!
Kalau di film, pasti saya akan terbang lihat jalan gini, hahaha
Beruntung kemacetan itu bisa terurai dan hanya lima belas menit terjebak di dalamnya. Lolos dari kemacetan, kita tancap gas lagi menuju kota Purbalingga, dan kemudian pulang.


Alhamdulillah pas maghrib nyampai di rumah. Perjalanan yang seru, semoga bisa ke tempat lain seperti ini lagi.

Konsep Klasik Berikan Warna Beda dari Kedai Kebun

Saat ini, kuliner menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan. Karena memang rasa yang unik, lezat dan nikmat tidak bisa membohongi lidah. Tempat nongkrong atau café bahkan restauran pun hadir untuk menyajikan sesuatu yang diburu oleh penikmat kuliner. Termasuk saya tentunya.

Berbicara tentang kuliner, saat ini banyak tempat yang terus menemukan inovasi dan kreasi serta konsep unik. Alasannya memang sudah jelas, karena saat ini pecinta masakan bukan hanya soal rasa, tapi kenyamanaan tempat pun diperhitungkan.

Untuk memenuhi semua kebutuhan itu, kini di Purbalingga telah hadir rumah makan dengan konsep klasik nan unik. Ya, sebuah kedai yang menyajikan berbagai macam menu lezat.

Dari sekilas tampaknya memang terkesan sederhana untuk disebut sebuah café apalagi restauran. Untuk itu, sang manager menggagas nama tempat menjadi ‘Kedai Kebun'. Adalah sebuah halaman rumah yang dijadikan kedai dengan memanfaatkan barang-barang yang tidak terpakai. Sepertu pallet kayu disulap menjadi meja dan kursi. Dari hasil pallet kayu yang dimodifikasi itulah, Kedai Kebun terlihat unik dan kasik.
Tempat duduk terbuat dari pallet, dan dipojokan ada book corner

Selain itu, area di belakang rumah dijadikan kebun dan kolam ikan secara bioflock (sebuah pembibitan ikan dengan cara ditampung di suatu wadah, dan aliran air berputar menggunakan bantuan listrik). Tanaman dan ikan tersebut tentunya untuk menu yang dimasak di Kedai Kebun. Sehingga, masakan di sini bukan hanya mengandalkan kelezatannya saja, melainkan kesehatan dan higienisnya.
Rujak Ayam

Untuk menu yang disediakan pun bervariasi. Dari menu klasik hingga modern tersedia lengkap di sini. Menu klasik di sini seperti Rujak Ayam, Rujak Lele, dan Rujak Belut. Sedangkan menu modern seperti Macaroni Schotle, Pisang Keju, Ice Cream Goreng, Roti Bakar Coklat/Keju dan lainnya. Untuk minuman tersedia aneka jus yang manis dan lembut, ada juga teh manis, kopi bralink, dan lain-lain.
Jus Alpukat dan Macaroni Schotle

Dari semua menu yang ada, penikmat kuliner tidak akan dikecewakan karena masakan di Kedai Kebun jelas terjamin kelezatannya.

Dan, yang tidak kalah menariknya, tersedia free wifi. So, buat pengunjung yang sedang menunggu pesanan lagi dimasak, bisa berinternetan sepuasnya. Jika hal itu belum cukup, tenang, di Kedai Kebun masih ada book coner (library). Sebuah tempat yang menyajikan buku-buku bacaan secara gratis (baca di tempat). Sehingga, Kedai Kebun mampu menyuguhkan konsep yang begitu sempurna.
Sambil nunggu buka puasa, wifi-an dulu

Ya, memang sangat komplit di Kedai Kebun. Dari tempat yang unik dan klasik, ada juga tanaman serta book corner. Tempat ini pun sangat cocok untuk makan bersama teman-teman, kerabat, orang terkasih atau nongkrong sendirian (seperti saya). Dari semua itu, Kedai Kebun bisa disebut sebagai tempat klasik untuk mencari inspirasi, ide, atau bahkan saling berbagi masalah (baca : mencari solusi), karena di sini, banyak orang-orang yang rela dan ikhlas membantu orang lain. Managernya saja, sering berdiskusi bersama teman-temannya untuk merencanakan event dan atau pun memecahkan sebuah masalah.

Oh ya, hampir saja lupa. Untuk lokasi Kedai Kebun ini letaknya tidak jauh dari jantung kota Purbalingga. Tepatnya, Jalan Pasukan Pelajar Imam No. 1, Purbalingga Wetan, Purbalingga (tepat persis di belakang Gedung Kejaksaan Negeri, Purbalingga).


Makan sehat? Yuk, di Kedai Kebun.

10 Alasan Mengapa Harus ke Desa Wisata Panusupan

Purbalingga, saat ini sedang gencar-gencarnya membangun desa wisata. Kerja keras tersebut pun membuahkan hasil. Hingga saat ini telah berdiri kokoh berbagai destinasi wisata, salah satunya Desa Wisata Panusupan.

Desa Panusupan ini menyajikan konsep yang unik dan kreatif untuk memberikan tempat rekreasi bagi pengunjung. Dari wisata minat khusus hingga wisata keluarga pun ada di sini. Bahkan, ada 10 alasan mengapa harus berkunjung ke Desa Wisata Panusupan. Ini dia :

  1. Rumah Pohon Kenangan
Rumah Pohon Kenangan, Puncak Batur
Rumah pohon ini terletak di Puncak Batur. Untuk menuju ke Rumah Pohon Kenangan, kita mendaki Bukit/Puncak Batur terlebih dahulu. Cape dong? Tenang, Puncak Batur ini tidak begitu terjal, bahkan cocok untuk pendaki pemula. Sampainya di atas, kita disuguhkan pemandangan yang luar biasa indahnya. Bahkan, bagi yang ingin menginap (camping) bisa kok.

Ayo ke rumah pohon kenangan..!


  1. Susur Sungai Kali Arus Watu Mujur
Ekspresi pada saat susur sungai
Ini sangat cocok bagi traveller yang mencintai tantangan dan memacu adrenalin. Lokasi Kali Arus ini masih terletak di dusun Batur, Desa Panusupan. Tepatnya di kaki Puncak Batur. Derasnya aliran sungai dan jernihnya air, membuat terpacu untuk melakukan penyusuran sungai yang indah.
Kali Arus yang penuh tantangan
So, merasa tertantang? Datang saja Kali Arus.
Kali Arus luar biasa jernih dan penuh tantangan

  1. Igir Wringin dengan Sunrise yang memesona
Sunrise dari Igir Wringin
Desa Panusupan memang terkenal dengan wisata minat khusus, yaitu pendakian. Meski pendakian di sini ditempuh jarak dan waktu yang tidak lama (karena hanya sebuah bukit). Namun, tak kalah indahnya untuk menikmati Sunrise yang memesona. Bagi pendaki yang bercamping di sini, tentunya di kala fajar menyingsing, sunrise akan terlihat dengan sempurna.
Penasaran? Yuk, camping di Igir Wringin.

  1. Jembatan Selfie Sendaren yang jadi buruan traveller
Jembatan Selfie, Puncak Sendaren
Jembatan selfie ini terletak di ketinggian 682 MDPL (Meter Di Atas Permukaan Laut). Wah, kebayangkan bagaimana perjuangannya. Meski demikian, traveller tidak pantang menyerah sebelum sampai puncak. Pasalnya, semua usaha yang ditempuh dibayar dengan suguhan keagungan alam yang luar biasa indahnya.

Dari Jembatan Selfie, kita bisa menikmati sungai-sungai yang mengir di bawah, bahkan negeri awan di Puncak Sendaren.
Berpose di Jembatan Selfie, Puncak Sendaren
Mau mencobanya?


  1. Susuh Manuk Unik
Bisa loh ngerasain jadi burung beneran di sini
Masih di Puncak Sendaren, juga terdapat susuh manuk (rumah burung) raksasa dan unik. Bentuk dan bahan pembuatannya persis rumah burung sesungguhnya yang ada di pohon. Susuh manuk ini juga sangat cocok bagi pengunjung yang ingin berfoto ria.
Cihuiii, senyum di susuh manuk

Pengen tahu rasanta rumah burung kayak apa? Yuk, ke Puncak Sendaren.

  1. Taman Srimbar Jaya

Desa Panusupan memang tidak kehabisan konsep untuk menarik wisatawan. Meski sama-sama puncak, namun Srimbar Jaya menyuguhkan wahana lain, sebuah taman bunga di atas ketinggian. Pendakian juga tidak memakan waktu yang lama karena Puncak Srimbar Jaya cukup rendah.

  1. Wisata Religi Ardi Lawet
Sebelum Desa Panusupan dibuka sebagai desa wisata. Ternyata, Ardi Lawet ini sudah dibuka untuk wisata religi. Dari dulu, Ardi Lawet terus dipadati pengunjung untuk ziarah ke makam Syekh Jambu Karang.
Berminat berziarah makam? Ardi Lawet harus dikunjungi.

  1. Curug Pesantren

Purbalingga sudah terkenal dengan sebutan kabupaten seribu curug (air terjun). Karena memang sebagian besar wilayah Purbalingga memiliki dataran yang cukup tinggi dan mempunyai air terjun, termasuk Desa Panusupan. Ada air terjun atau curug yang menjadi primadona bagi pengunjung.
Dijamin ketagihan kalau di sini

Untuk menuju lokasi memang kita perlu berjalan kaki, namun setelah sampai lokasi, dijamin semua lelah terbayar sudah. Dari derasnya air yang menetes ditambah begitu jernih, membuat pengunjung betah berlama-lama di Curug Pesantren ini.

  1. Jembatan Cinta yang fenomenal
Jembatan Cinta
Jembatan yang terbuat dari bambu ini memang fenomenal. Berbagai media elektrik maupun cetak memberitakan adanya jembatan yang terbuat dari pring wulung. Sesuai dengan namanya, lokasi ini disebut Wisata Pring Wulung, Desa Wisata Panusupan.
Yuk ah, selfie di Jembatan Cinta

Dengan desain yang unik dan menyerupai bentuk hati (baca : cinta) sebagai simbol utama, maka Jembatan ini dinamakan Jembatan Cinta.


Selain itu, untuk akses jalan menuju lokasi ini tergolong mudah. Para pengunjung tak perlu repot-repot mendaki bukit terlebih dahulu. Dari area parkir, langsung masuk loket, dan menuju lokasi wisata. Di sini juga cocok untuk berlibur bersama keluarga tercinta.

Ingin menikmati fenomenalnya seperti apa? Yuk, singgah di Jembatan Cinta.

  1. Orang-orangnya ramah
Orang-orang di Panusupan itu ramah-ramah semua ^_^
Tak lengkap rasanya jika sebuah desa wisata menyuguhkan keindahan wisatanya saja. Dan, di Desa Wisata Panusupan ini, sangat lengkap, selain wisatanya yang lengkap, orang-orang di sini pun ramah-ramah. Yang menariknya, mereka itu sudah lahir dari turun temurun memiliki sifat yang baik. Sangat-sangat cocok untuk ditiru.

Bahkan, saya selalu ingin datang ke sana untuk bersilaturahmi dengan mereka. Saling berbagi info yang bermanfaat tentunya.


Nah, itu dia 10 alasan mengapa harus datang ke Desa Panusupan. Dijamin gak rugi deh. Ayo, rencanakan libur panjang nanti di Desa Wisata Panusupan. Akan ada acara besar loh di hari libur lebaran ini. 

Menikmati Kuliner Bebek Khas Tambak, Banyumas

Perjalanan pulang dari Pantai Karang Bolong membawa perut kosong dan kelaparan. Al hasil, yang ada di otak hanya makan, makan, makan dan makan. Namun, sejauh ini kita belum menemukan yang pas untuk disantap. Sambil menengok ke kanan dan kiri, kita terus melaju mencari tempat yang nyaman untuk makan dan beristirahat.



Setelah tiga puluh menit perjalanan, kita sampai di daerah Tambak, Banyumas, Jawa Tengah. Dari tugu dan ucapan selamat datang di daerah ini, kami dihadirkan dengan aroma khas yang sangat menggoda. Berderet warung makan di sepanjang kiri-kanan jalan raya Tambak. Dan, uniknya di daerah ini menyajikan menu spesial, yaitu Kuliner Khas Tambak, daging Bebek. Oh, aroma kelezatan itu semakin membuat perut keroncongan dan tak sabar untuk melahap hidangan nikmat.

Kami pun menurunkan kecepatan kendaraan. Mencari tempat yang pas dan harga terjangkau (oh, ya dong, harus berhemat dan ekonomis). Dan, sampailah di Warung Sate dan Richa-richa Bebek Lombok Ijo 'BUDHE', Tambak.

Kami pun masuk, langsung menemui dua pelayan yang ramah. Saya memesan Richa-richa, dan teman saya, memesan Sate. Sambil menunggu makanan datang, kami duduk lesehan dan selonjoran (meluruskan kaki) untuk menghilangkan lelah sejenak. Tak lupa juga ke wastafel untuk membersihkan muka yang sudah kotor akan debu, pasir, dan lainnya (muka item, ya makin item lah).
Daftar Menunya

Tak berapa lama kemudian, pesanan pun datang. Karena perut sudah kelaparan, untuk mengambil foto-foto makanan pun hanya tiga kali, bahkan lupa untuk selfie dulu (sebenernya wajah udah cemat cemot :D). Jadi, langsung melahap hidangan mantap itu. Untuk Richa-richa bebek sangat lezat, bumbunya sempurna meresap ke dalam daging. Dan, yang paling menyenangkan, daging bebek terasa empuk (tidak alot). Untuk kuah kaldunya sangat terasa tetapi tidak amis, karena di dalamnya ada rempah-rempah seperti kayu manis dan jeruk nipis yang bisa menetralkan amis.

Pokoknya, rasanya yahud dan nyam nyam lezatnyaaaa..
Sate dan Richa-richa Bebek

Eh, tunggu dulu, meski sudah puas menikmati Richa-richa, saya masih tetep ingin menikmati Satenya. Ternyata, masakan di sini bisa diberi nilai 8, karena satenya juga lembut, bumbu meresap dan enak. Masakan Bebek di Warung Lombok Ijo Budhe ini sangat lezat. Selain itu, tempatnya juga nyaman, tersedia pilihan tempat duduk, mau lesehan atau memakai kursi. Tempatnya juga cukup luas, bisa buat leyeh-leyeh (istirahat karena kelelahan).
Bersih dah, nikmat dan lapar.

Hal penting lainnya, harga di warung ini sangat ekonomis. Satu porsi Richa-richa Bebek hanya seharga Rp 15.000, sedangkan Satenya Rp 22.000 per porsi, bisa pesan setengah porsi seharga Rp 15.000,


Jadi, buat teman-teman yang melakukan perjalanan Gombong - Banyumas atau sebaliknya, mampirlah di Warung Sate dan Richa-richa Lombok Ijo Budhe. Tidak akan menyesal karena hidangan tersaji denga lezat, harga juga sangat cocok untuk kita-kita.

Mengungkap Alasan Mengapa Pantai Ini Disebut 'Pantai Karang Bolong'

Setelah puas bercengkerama dengan pasir di Pantai Suwuk, kita melanjutkan perjalanan menuju pantai lainnya. Ya, tujuan awal kita ke Menganti yang memiliki eksotisme seperti pantai indah di negara New Zealand. Namun, apa hendak dikata, ketika bertanya ke penduduk setempat, jalan ke Menganti itu sangat menanjak dan berbahaya, apalagi waktu sudah cukup sore, hampir setengah 3 dan ditambah gerimis. Jadi gagal ke Menganti. Okay, tidak masalah. Untuk mengobati rasa kecewa, kita pergi ke pantai lain.

Pantai ini hanya berjarak 9 km dari Pantai Suwuk, dan memiliki nama unik, Pantai Karang Bolong. Terletak di bagian barat Pantai Suwuk, bahkan jika menggunakan perahu penyebrangan, jarak yang ditempuh lebih dekat dan hanya memakan waktu puluhan menit saja (10 -15 menit). Tarif untuk naik perahu juga tergolong murah, hanya Rp 10.000,- per orang sekali jalan.
Karang Bolong yang menyerupai gua

Sampainya di Pantai Karang Bolong, hal utama yang menjadi penasaran tentu saja batu karangnya. "Kenapa sih, disebut pantai karang bolong?". Sebenarnya sangat sederhana untuk mencerna dan memahami maknanya. Sejatinya, pantai memang identik dengan karang yang megah. Nah, di pantai ini memiliki karang yang besar juga, tetapi berlubang (bahasa Jawa : Bolong) dari depan hingga tembus ke belakang seperti gua. Sehingga penduduk setempat menyebutnya 'Pantai Karang Bolong'. Nama itu pun turun temurun dan menjadi salah satu destinasi wisata yang terkenal di Kebumen.

Muka udah capek, lokasi : Karang Bolong

Pemandangan di Karang Bolong lebih terasa nyiurnya karena terdapat pohon kelapa dan pepohonan lain yang berdiri di pinggir pantai. Angin sepoi-sepoi membuat saya menikmati udara sejuk nan segar. Rasanya betah dan rileks. Namun, waktu jua yang harus memaksa kami untuk beranjak pulang. Maklum sudah hampir setengah empat sore, perut juga sudah berdisko ria ingin diberi asupan.

Nah, di sini, nih, asyik banget buat foto-foto

Dan hal utama yang masih harus ditingkatkan lagi yaitu sampah. Alangkah indahnya jika sampah tidak berserakan di pinggir pantai. Selain menambah cantiknya destinasi, tanpa sampah juga membuat lebih nyaman untuk pengunjung. So, mari kita bawa kembali barang-barang yang kita bawa, di manapun itu, jangan buang sampah sembarangan, karena #NyampahSembaranganGakKeren.


Sebagai tambahan info, saat ini Pantai di pesisir selatan Jawa sedang mengalami pasang, sehingga warga dihimbau agar sementara waktu ini tidak libur ke pantai selatan daerah Jawa, salah satunya Pantai Karang Bolong, Kebumen.

Asyiknya Bermain Ombak di Pantai Suwuk

Laut, merupakan warisan yang tersebar di seluruh Nusantara. Karena memang Indonesia negara maritim. Dan tak lengkap pula rasanya jika saya tidak berwisata ke salah pantai, apalagi di Jawa Tengah, tempat tinggal sendiri. Setelah sebelumnya saya menulis tentang meluangkan waktu sejenak di pinggiran danau buatan. Kali ini saya lanjutkan tentang salah satu pantai di Gombong, Kebumen, Jawa Tengah.

Dengan berbekal nekad (karena belum pernah pergi hanya berdua) dengan mengendarai kendaraan roda dua, kami melanjutkan perjalanan dari Waduk Sempor ke Gombong. Masalah jalan, pasti ketemu kalaupun terpaksanya nyasar, yang jelas masih di wilayah Jawa Tengah, hehehhehe.. :D

Baca juga : Di Pinggiran Danau Buatan Ini, Kita Bisa Hilangkan Penat Sejenak

Perjalanan menuju pantai memang jauh dan melelahkan. Kita juga sempat beberapa kali tanya kepada penduduk setempat untuk menanyakan rute yang benar menuju Pantai Suwuk, Gombong, Kebumen. Kita juga nyaris lurus ke Jogja karena bingung tidak tahu arah. Hahahahahaha..

Pantai Suwuk, Gombong, Kebumen

Setelah memakan waktu satu jam perjalanan, akhirnya sampai juga di Pantai Suwuk. Karena lelah, so pasti kita istirahat dan makan dulu, apalagi waktu sudah menunjukkan pukul 12.35. Sebagai anak rumahan, tentu saja saya membawa bekal dalam travelling ini (sebenarnya buat hemat). Sedangkan teman saya memesan lotek (sejenis rujak sayur/gado-gado/pecel sayur) dan memakan di warung tersebut. Saat melahap hidangan masing-masing (saya makan bekal yang saya bawa), mata kita tertuju pada makanan aneh yang tersaji di warung itu. Saya bertanya kepada pemilik warung itu, dan memberitahu bahwa makanan itu rempeyek 'Yutuk'. Sebuah binatang kecil yang hampir mirip dengan udang. Cara memasaknya pun cukup sederhana, Bisa langusng digoreng ataupun bisa dibuat rempeyek. Makanan ini merupakan makanan khas di daerah Pantai Suwuk, Gombong.
Setelah kenyang, tentu saja kita menuju bibir pantai untuk bermain dengan ombak. Pantai Suwuk ini salah satu destinasi wisata di Jawa Tengah, yang terletak di Kabupaten Kebumen. Karena pas datang di hari libur panjang, tentunya banyak pengunjung yang datang. Sampai-sampai bingung mau foto-foto di mana. Beruntung saja, kita bisa memanfaatkan moment untuk mengambil beberapa gambar. Selanjutnya, tentu bermain dengan ombak.
Beruntung dapat spot sepi untuk foto-foto :D


Bermain di Pantai Suwuk ini menyenangkan juga. Ada banyak tenda-tenda juga di pinggiran untuk duduk santai atau hanya sekedar menikmati air kelapa muda yang segar.


Dan saya pun berharap, alangkah baiknya pengunjung tidak membuang sampah sembarangan di pantai. Kalau tidak ada sampah yang berserakan pastinya Pantai Suwuk akan bersih dan keren. Keindahan alam ini tidak boleh dirusak, apalagi membuang sampah ngasal saja. Karena #NyampahSembaranganItuGakKeren.