Menikmati Sensasi Pedas dan Gurih Ayam Geprek Bu Rum

www.travelingku.net
Ayam Geprek Bu Rum

Pagi hari setelah check out, kami mencari sarapan. Inginnya sih makan nasi pecel atau sesuatu yang khas di Jogja, namun berhubung enggak tahu tempatnya dan enggak ada waktu untuk mencari, jadi kami makan senemunya tempat makan di jalan. Pas keluar dari penginapan Airy Rooms di Jalan Ori II, melewati beberapa blok perumahan. Nah, pas mau keluar dari komplek tersebut, kami menemukan warung makan yang sederhana. Ciyus Guys.. ini sederhana banget.

Lokasinya saja di pinggir jalan (semua tempat ya di pinggir jalan lah ya), maksudnya begini, bukan rumah makan yang gede atau kedai-kedai gitu, melainkan tempat makan dengan warung tenda yang hanya ditutupi banner dan tirai bambu sebagai penutup ruangan. Bahkan tempat ini menempel tembok sebuah rumah di komplek tersebut. Tempat duduknya pun sangat sederhana, hanya bangku panjang empat buah dengan dua meja panjang.

www.travelingku.net
Tempat duduknya memang sangat sederhana

Tanpa pikir panjang lagi, kami berdua memesan makanan. Berhubung kami belum tahu, jadi saya menunggu, tapi melihat pelanggan yang berdatangan mereka mengambil nasinya sendiri. “Oh begitu,” pikir saya. Jadi saya pun ikutan mengambil nasi sendiri dengan tahu dan tempe goreng. Tak lupa juga saya ambilkan untuk suami (ceritanya jadi istri baik, kekekekeke). Dan yang belum datang tentu lauk utamanya yaitu Ayam Geprek. Karena memag ayamnya digoreng terlebih dahulu, kemudian digeprek dengan cabai (selera pelanggan) jadi perlu antri.

Tak berapa lama kemudian, akhirnya ayam yang ditunggu-tunggu datang juga. Jadi, menu kai adalah nasi hangat, ayam geprek dan tahu goreng. Di meja juga tersedia kecap serta sendok dan garpu. Pelanggan yang makan di situ ambil sesuai selera deh pokoknya. Kayak di rumah sendiri gitu. Pas nyicipin ayamnya itu rasanya langsung cetar di lidah pedasnya. Mungkin karena saya yang enggak doyan pedes ya, cabai satu saja sudah kelabakan merasa kepedasan, sedangkan suami yang pakai cabai lima, ekspresinya biasa saja. Untung saja kami memesan teh anget yang bisa langsung diminum untuk menghilangkan pedasnya. 

www.travelingku.net
Okay, pesanan datang

Sensasi rasa perpaduan pedas, manis dan gurih itu menjadi luar biasa di lidah. Semakin membuat lahap kami yang sedang kelaparan. Kalau enggak malu, sumpah dah nambah porsi lagi. Cuma agak gimana gitu, aku kan cewek masa makannya porsi kuli :( sedangkan orang-orang yang berdatangan ambil nasinya sedikit-sedikit (kayaknya cuma saya nih yang ambil nasinya wow banget) hahahahaa.

Ayam geprek ini sangat cocok bagi yang doyan pedes. Selain gurih, aroma dan rasa bawangnya kerasa banget. Jadi ada rasa segarnya gitu, bikin ketagihan terus. Selain itu, di warung makan ini juga menyediakan sayuran, jadi kalau yang enggak pesan nasi sama ayam, sah-sah saja. Karena bisa makan nasi dan menu sayur yang telah tersedia, bahkan pada saat kami makan di sana, ada semacam sop. Komplit deh. Minumnya juga ada teh manis baik dingin atau hangat, bisa juga jeruk hangat atau dingin. Kalau yang ingin tawar juga bisa. Sesuai budget pelanggan lah ya..

www.travelingku.net
Berani level berapa? Kalau saya, cukup 1 aja dah bikin dower bibir


Setelah menghabiskan makanan dan minuman, hidung dan bibir saya enggak bisa berbohong kalau mengalami kepedasan. Tadinya sih mau menunggu beberapa saat untuk menghilangkan rasa pedasnya, tapi berhubung ada rencana ke Magelang, jadi kami cap cus. Pas saya bayar, kaget juga dengan harga yang dikasih tahu. Bayangkan saja, 2 porsi nasi, ayam gerpek, dan tahu goreng, serta 2 gelas teh hangat, kita cuma dikenakan Rp 28.000. Sekali lagi ya, hanya Rp 28.000. Murah meriah banget. Pantas saja pas kami di sana, pelanggan terus berdatangan sampai saya mau pergi dari tempat tersebut, orang-orang untuk menikmatinya terus ada.

Ternyata, Bu Rum itu pelopor Ayam Geprek sejak tahun 2003

Oh ya, dari tadi ngomongin tentang ayam dan lokasinya. Lupa belum kasih tahu nama warungnya. Ini adalah Warung Ayam Geprek Bu Rum I yang didirkan sejak tahun 2003. Bu Rum ini merupakan pelopor Ayam Geprek loh, pantesan ya rasanya endes banget maunya makan terus. Terus saat ini sudah ada beberapa cabangnya di kota-kota Jogja.

Dan akhirnya saya traveling ke luar kota enggak makan nasi padang ya, bisa makan menu lain yang rasanya super lezat. Enggak bikin kecewa lho Ayam Geprek Bu Rum ini. Buat teman-teman yang ke Jogja, cocok banget deh menikmati makanan ini.

Wayung Ayam Geprek Bu Rum I
Jalan Wulung Lor, Papringan, Caturtunggal, Depok, Sleman
Yogyakarta 55281

Jalan-jalan ke Purwokerto? Jangan Lewatkan untuk Nyicipin Kue Serabi yang Lezat ini

Purwokerto, merupakan ibukota dari Kabupaten Banyumas. Kota yang dibanggkan dan mendapatkan julukan kota satria, saat ini perkembangannya kian pesat dan maju. Banyak bangunan gedung-gedung menjulang tinggi berdiri kokoh. Ya, tak heran juga, karena sebagai kota yang cukup maju, baik dari segi pendidikan, ekonomi dan persaingan bisnis, kian menjamur di kota satria ini. Banyak pelancong dari mancanegara atau mereka yang berbisnis singgah di kota ini. Menikmati semilirnya kota tapi sejuk dan mudah untuk terkoneksi ke mana-mana karena terdapat stasiun kereta api.

Ah, tapi saya tidak akan membahas bagaimana perkembangan ekonomi dan bisnis di sini. Karena saya bukan pengamat ekonomi yang andal dan mahir. Saya hanyalah seorang hoby berbelanja dan jalan-jalan meski hanya keliling kota, hahahaa.

Lanjut ke topik, Purwokerto ini tetangga saya, iya, tetangga kabupaten, karena saya tinggal di Purbalingga. Kebetulan suami saya orang Purwokerto, jadi sekarang saya bisa sering jalan-jalan ke kota ini.


Pas itu nginep di rumahnya, Minggu pagi kami jalan bareng (asli jalan kaki) mencari kudapan khas namun yang enak dan terpercaya, serta bukan makanan kekinian yang lagi ngetrend. Pak Suami akhirnya menyarankan untuk menyicipi kue serabi. Kan nikmat banget tuh, pagi-pagi abis subuh langsung melahap serabi anget, enak daah. Demi kue serabi kita jalan-jalan.


Sampai di tempat ternyata ngantriiii.. Kue Serabi yang ada di Jalan Bank, Purwokerto ini memang selalu diburu oleh pelanggan. Selain itu, harus pagi-pagi betul kalau mau ke sini, biar enggak kehabisan.

Ya, wajar saja si ya di sini ngantri, rasa serabinya juga banyak varian rasa, dari serabi putih, serabi gula merah, serabi telur, serabi pisang, serabi keju dan serabi meses. Kita berdua tentu ikut ngantri sambil jeprat jepret dulu (but no wefie or selfie, sebab belum mandi) hihihihi.
Rasa tradisionalnya ngena banget

Tungku yang dibuat masih menggunakan tungku zaman old (baca : zaman dulu), pembakarannya juga menggunakan arang, bukan dengan kompor yang kecil. Dengan penuh kesabaran dan teliti, mereka menuangkan adonan ke dalam wajan kecil juga. Satu per satu dituang, satu per satu juga mereka buka, mengecek apakah sudah matang atau belum. Untuk varian rasa tergantung selera penikmatnya. Saat sebentar lagi matang, rasa yang diinginkan pembeli dimasukan, baik itu cokelat, pisang, keju, atau meses. Kalau yang rasa original gula merah, tunggu matang sempurna langsung diangkat.
Mari kita makan serabi, mumpung masih panas.

For your information, kue serabi ini harganya Rp 3.000/buah. Lezat dan murah deh ^_^

Setelah menunggu bebarap saat, akhirnya pesanan kita datang. Icip-icip serabi di Jalan Bank ini memang enak. Rasa legit dan manisnya pas. Kebetulan kita pesan yang original dan toping keju, ternyata enak juga. Cocok deh sambil jalan-jalan atau joging di pagi hari, terus mampir buat ngisi perut dengan serabi yang masih anget (malah panas).


Enaaak....

Serabi Aneka Rasa
Bu TINI
Jalan Bank (Depan Apotek Fajar Sehat)
Purwokerto
HP : 0852 2759 0344

Airy Rooms, Hotel Low Budget yang Cocok untuk Backpackeran

Hello, Guys… Selamat datang di November, dan akhirnya aku bisa nulis lagi di blog ini. Hehehe…

Kali ini saya mau cerita backpackeran ke Jogja. Saat itu, niat banget ke Jogja. Ya, mungkin rindu sama makanan dan tempat yang selalu indah. Jadi, pas hari Jumat, 04 Agustus 2017, aku keluar kantor jam 15.30, harusnya si jam 16.30, berhubung Pak Suami udah nunggu di Pos Satpam, jadi ya aku minta izin buat pulang cepet. Setelah itu, nyamperin deh pria yang memakai kacamata mata tebal itu. Ngobrol sebentar dan aku langsung ngebonceng motornya.

Baca juga : Aplikasi KAI Access, Cara Praktis Pesan Tiket Kereta Api Online

Dengan pakaian seragam kerja lengkap, aku menikmati saja perjalanan ini. Yeah, maklum lah ya, kita enggak pulang ke rumah, tapi dari kantorku kita cus ke Jogja motoran. Wahahhaahha.. Karena emang niatnya backpakeran, kita juga enggak persiapan booking tempat di mana. Jadi, pas di perjalanan, saya buka HP dan ngabarin temen kalau kita mau ke Jogja. Awalnya temen nawarin rumah kontrakannya yang kosong di daerah Condong Catur. Kita okay in aja, namun setelah satu jam kemudian temenku kirim pesan kalau keluarga calon suaminya mau datang dari Surabaya. Yo wes lah, enggak apa-apa. Sambil jalan saya klak klik beberapa aplikasi untuk booking penginapan.
Setelah booking, kita akan mendapatkan email dari Airy Rooms  untuk tata cara pembayaran dan alamat penginapannya

Akhirnya, nemu juga penginapan yang low budjet, jam 17.15 saya fix order di Airy Rooms. Cuma onengnya saya, booking hotelnya kagak di tempat yang deket ATM, udah gitu internet banking enggak bisa diakses karena udah keblokir gegara lupa password sampai tiga kali. Padahal, pesan Airy Rooms dibatasi pembayarannya hanya satu jam. Saat itu, jelang Maghrib, sepanjang jalan tengok kanan – kiri nyari ATM, tapi zonk. Sedangkan batas waktu pembayaran kian berkurang.
Setelah transfer kita dapat email lagi, tentang pembayaran yang sudah lunas

Akhirnya, pas masuk wilayah Kebumen kota, kita melipir ke pom bensin untuk istirahat dan maghrib, ada ATM yang terpampang. Dan, Alhamdulillah, proses booking sudah komplit. Setelah istirahat sejenak, kita lanjut lagi. Terus Pak Suami bawa motornya juga udah agak santai, enggak ngebut banget kayak tadi pas hotel belum dibayar. Perjalanan ini cukup ramai karena melalui jalur kota. Kita andalkan plang di jalan menuju arah ke Jogja. Pas sampai di alun-alun Kutoarjo, kita agak keder, tersesat apa enggak. Setelah melewati beberapa ratus meter dari alun-alun, kita berhenti di warung tenda nasi goreng. Istirahat, makan malam dan tanya jalur ke Jogja.

Beruntunglah kita enggak nyasar, kata seorang Ibu yang lagi pesan nasi goreng juga, udah benar tinggal lurus aja. Seneng deh, enggak nyasar, mungkin tadi keder karena perut belum terisi, jadi bingung. Setelah perut kenyang, kita lanjut lagi.

Sampai di Jogja sudah cukup malam, jam 9. Terus kita muter-muter mencari hotel Airy Rooms di Ambarukmo. Akhirnya mengandalkan GPS untuk mencari jalan dan arahnya, ya walaupun beberapa kali puter balik di jalan yang sama. Nah, pas masuk ke Gang, kita rada pusing juga, karena banyak blok-blok perumahan. Kita berhenti di sebuah warung dan tanya, awalnya bingung Airy Rooms itu apa, ya maklum bapak paruh baya yang kita tanyai. Kita hampir putus asa, namun anaknya Bapak itu memberitahu tempatnya. Ternyata kita kebablas beberapa meter saja. Legaaaaa….

Sesampainya di penginapan udah sepi. Yang jaga juga kayaknya udah istirahat. Sampai-sampai kita ketuk pintu ruangannya untuk proses pencocokan data. Abis itu dikasih kunci kamar. Langsung deh kita cus ke lantai dua, kamar kita. Buka pintu langsung berbenah sebentar, ganti baju, cuci muka, terus tidur. Hayati lelaaah….
Empuknya itu looo ^_^

Nah, pas pagi-pagi nih, kita baru ngeh gimana kondisi kamar kita. Dengan harga yang terjangkau ternyata keamanan tetap ada. Di kamar ini tentu ada kasur yang empuk, lemari, TV, AC, meja rias dan kursi, cemilan dan air mineral. Selain itu kamar mandinya menggunakan kloset duduk, tersedia shower. Mandi air dingin okay, air hangat juga bisa. Kan pas banget gitu, pagi-pagi masih dingin misa mandi air hangat tanpa merebus air dulu (emangnya di rumah). Hasyiiik banget dah… Perlengkapan mandi disediakan sikat gigi, pasta gigi, gel sabun, dan shampo. Gratis booooo, enggak ada biaya tambahan ini dan itu. Termasuk cemilan yang sudah disiapkan. Tinggal lep aja ke perut.
Perlengkapan mandi yang sudah tersedia

*cemilan lupa enggak kefoto, karena langsung lep masuk ke perut :D :D

Selesai mandi, kita nonton TV dulu, sambil bersantai dan menikmati pagi yang indah. Ditambah memperhatikan ruangan kamar, yang memang cukup luas juga. Betah deh lama-lama di sini. Sampai keasyikan nonton TV, nyaris lupa kalau mau ke pantai. Kasur empuk, AC plus TV, emang bikin mager buat keluar ruangan.
Mager, mager, daaah..

Airy Rooms ini juga tersebar di mana-mana, cara bookingnya mudah, simple dan praktis. Harganya tentu saja enggak bakalan menguras isi ATM. Apalagi sekarang ini lagi ada promo, bisa banget nih buat temen-temen yang mau liburan, bisa booking kamar hotel di sini.

Nikmatnya Nasi Goreng Flamboyan Sang Legenda Nasi Goreng

Malam Minggu malam yang panjang, malam yang asyik buat pacaran.. Aku masih teringat dengan lagu itu, walau lupa siapa penyanyinya. Mengenai liriknya, ada benernya juga, malam minggu memang malam yang syahdu untuk berduaan dengan yang tersayang. Dengan catatan pasangan sah ya.

Nah, malam minggu itu kita menikmati gerimis-gerimis manja di sekitar Alun-alun Purbalingga. Awalnya si nyari celana panjang di beberapa toko, setelah muter-muter baru deh dapat celana itu. Dan yang akhirnya membawa kita berdua kelaparan karena sudah berjalan menyusuri dari toko ke satu ke yang lainnya. Itung-itung olah raga ya, Guys. :D

Berhubung perut sudah berdemo minta segera dipenuhi, kita nyari tempat makan yang asyik untuk mengganjal perut. Di alun-alun banyak yang menjual makanan, namun berhubung kondisi gerimis deras, kita mencari tempat makan yang yang di kedai.


Setelah menyusuri Jalan Jenderal Sudirman, kita akhirnya sampai di sebuah warung makan yang sudah melegenda. Dikatakan legenda karena sudah lama bertahan dan tetap menjadi primadona bagi pecinta kuliner. Dengan slogan, Porsi Kuli, Rasa Bintang Lima, Harga Kaki Lima; Nasi Goreng Flamboyan menjadi favorit bagi siapa saja.

Slogan itu pun terbukti, pada saat kita sampai, tempatnya penuh sesak, sampai-sampai kita gak kebagian tempat duduk. Alhasil menunggu sambil duduk di kursi yang tersedia di teras. Kemudian pinjam salah satu daftar menu untuk menulis apa yang ingin kami pesan. Selanjutnya saya kasikan ke salah seorang pramusajinya.
Pengunjung sampai berjubel, makannya pada kilat dah

Daftar menu, harganya murah-murah banget, kan?
Setelah hampir 20 menit kita menunggu, akhirnya ada beberapa orang selesai makan dan keluar. Kita pun masuk ke dalam dan menunggu pesanan. Pas nunggu orderan gak begitu lama, selang tiga menitan, makanan kita datang. Aku memesan Nasi Goreng Rendang Ayam, sedangkan Pak Suami pesan Flamboyan Pasta. Untuk minumnya, sama-sama teh manis hangat. Lagi hujan jadi maunya yang anget-anget. Hihihihi.
Hore, pesanan kita datang. Flamboyan Pasta dan Nasi Goreng Rendang Ayam

Setelah icip-icip makanan, orang yang di sebelah saya nyeletuk, "Sumpah ini pasta enak banget,"

Flamboyan Pasta, Only IDR 15.000

Dengar kalimat begitu, aku yang kurang suka makan mie jadi penasaran. Jadi deh gangguin Suami makan, ikut nimbrung, dan benar, memang enak banget. Hmm, pastanya lembut, bumbunya meresap dengan sempurna, ditambah lagi di atas ada parutan keju. Yummy banget deh pokoknya. Flamboyan Pasta ini dilengkapi dengan sosis, daging ayam, dan beberapa sayuran. Sedap mantap deh pokoknya.

Nasi Goreng Rendang Ayam, Only IDR 13.000

Sedangkan untuk nasi goreng rendang ayam yang aku pesan, gak kalah nikmat. Bumbu rendangnya luar biasa nancep di lidah. Bikin ketagihan terus dan semakin lahap untuk memakannya. Dan yang pastinya, porsinya itu gak bakalan kurang, bikin penuh perut lah iya. Karena porsi di sini, memang luar biasa jumbonya.



Nasi Goreng Ayam Bakar Karamel, Only IDR 13.000
Kwetiau Goreng, Only IDR 15.000

Nah, itu malam minggu sebelumnya. Malam minggu berikutnya pun kita kembali lagi ke sini. Awalnya ingin menikmati Flamboyan Pasta, tapi telat, karena sold out, alias sudah laris manis. Sebagai gantinya, aku pesan Kwetiau goreng dan Suami pesan Nasi goreng ayam karamel. Kwetiau goreng, sudah enggak asing lagi lah ya, gimana rasa kwetiau, yang digoreng dengan bumbu dan rempah serta diberi irisan daging, dan sayuran. Sudah pasti enak. Tetapi kalau nasi goreng ayam karamel gimana? Penasaran? Ini nikmat banget! Ayamnya dibakar terlebih dahulu, kemudian di atasnya disiram dengan saus karamel. Rasanya memang aneh, ayam bakar kok sama karamel, jadi ada manis-manisnya gitu. Namun, pas sampai lidah, rasa aneh itu berubah menjadi pecah banget alias lezat. Gak salah deh milih nasi goreng yang satu ini.


Jadi, buat teman-teman yang ingin menikmati nasi goreng, mie goreng, kwetiau atau pasta. Bisa banget langsung ke Nasi Goreng Flamboyan.


NASI GORENG FLAMBOYAN

Jl. Jenderal Sudirman, Purbalingga
Jawa Tengah
Phone : 0857 2633 5757

Demi apa, ke Purworejo cuma gara-gara Dawet Ireng!

Hello, Guys, kali ini aku mau cerita tentang perjalanan entah apa namanya, yang jelas rada sulit dinalar oleh 'manusia biasa'. Jadi begini, tiga hari setelah menikah, aku merengek-rengek ke suami pengen nyicipin minuman khas suatu daerah. Berhubung rengekanku terus menerus, akhirnya hari berikutnya kita berdua berangkat dengan mengendarai kendaraan roda dua. Dari rumah memang pagi, jam delapan, tapi kita mampir dulu ke tempat service motor karena mau melakukan perjalanan jauh, kan sayang motornya kalau kenapa-kenapa (kalau orangnya yang kenapa si udah biasa :D).

Nyampai bengkel motor ternyata antrinya udah kayak ular naga, panjang banget. Duduk di bengkel rasanya udah kayak nungguin apa gitu, sampai kita keluar buat beli jus dan dilanjutkan menyusuri jalan Jenderal Sudirman Purbalingga dengan jalan kaki untuk mencari aksesories hp Pak Suami. Yang akhirnya kita kelelahan tanpa hasil apa-apa, jadi kita balik lagi ke bengkel. Cek jam di tangan sudah menunjukan 10.15, dan motor kita belum selesai diservice. Terpaksa nunggu sambil online memanfaatkan wifi gratis yang tersedia di bengkel. Dan pukul 10.45 dipanggil kalau motornya udah diservice.

Setelah keluar dari bengkel, suami langsung nyeletuk, "Jam segini baru mau berangkat, nyampai sana jam berapa?"

Udah kebayang, kita jalan-jalan yang akan memakan waktu kurang lebih 3 jam.

Aku cuma jawab, "Hehehe, ya ayolah segera berangkat,"

Akhirnya kita segera meluncur menuju Purworejo. Sesuai dengan perkiraan, perjalanan ini memakan waktu kurang lebih tiga jam. Daerah Purworejo yang kita singgahi belum masuk wilayah kotanya, masih di daerah Butuh, tepatnya timur jembatan butuh.

Setelah melewati beberapa meter dari jembatan, kita berhenti di sebuah 'gubuk' namun tak reot, tepatnya malah kokoh, meski tak seperti rumah, tapi pas dan nyaman untuk tenda berjualan.
Beliau yang di tengah-tengah itu yang jualan dawet ireng. Ramai banget

Di dalamnya ada seorang laki-laki paruh baya yang masih sehat. Dia dikerumuni banyak orang, termasuk kami berdua. Kita semua rela mengantri demi semangkuk minuman khas Purworejo, yang tak lain dan tak bukan Dawet Ireng (hitam). Disebut Dawet Ireng karena dawetnya berwarna hitam yang terbuat dari beras ketan hitam.

Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya kita dapat dawetnya. Hmm, seger rasanya melepas dahaga setelah melakukan perjalanan jauh dari Purbalingga demi menikmati semangkuk dawet. (Kayaknya cuma kami berdua deh, yang rada gila begini, jauh-jauh ke Purworejo cuma buat menikmati dawet). Lebih parah lagi, kalau dibandingkan dengan bensin dan harga dawetnya. Bensin pulang pergi kita isi Rp 20.000, sedangkan dawetnya hanya seharga Rp 5.000/mangkok. Super murah.

Lalu, apa istimewanya si, sampai dibela-belain gitu?
Ini penampakan Dawet Ireng; sungguh menggoda

Jadi gini, dawet ireng ini sudah sangat melegeda, meski yang jual saat ini bukan pencetus asli, karena yang jualan pertama sejak tahun 1939 sudah meninggal. Menurut bapak yang jual, saat ini beliau adalah anaknya (kalau gak salah, kalau salah mohon koreksi). Setiap hari berjualan di daerah Butuh, Purworejo. Penggemarnya juga dari bermacam-macam daerah. Ya wajar saja, karena rasanya memang segar, manisnya gula asli, bukan manis buatan, dan dawetnya juga kenyal sedap. Tak heran, saat kami ke sana, banyak sekali yang mengantri.


Abaikan bibir yang lagi manyun gitu, hahaha

Selepas puas menikmati dawet ireng (tak lupa bayar dulu), kita bersiap-siap meninggalkan Purworejo. Dalam perjalanan pulang, Pak Suami berkomentar, "Demi apa, ke Purworejo cuma gara-gara Dawet Ireng!" Dan aku hanya cekikikan. Merasa puas dan berhasil 'ngerjain' suami untuk menemani jalan-jalan.

Okay, itu cerita dari aku, semoga bisa lebih aktif lagi dalam ngeblog dan bercerita tentang kekonyolan tentang traveling dan menikmati kuliner, hihihi. :)

Piknik Special Bersama Orang Special di Pantai Sundak

Hello, Guys, apa kabar? Semoga selalu sehat dan penuh syukur ya. Kali ini saya mau berbagi cerita tentang perjalanan kami ke salah satu tempat yang masih jarang dikunjungi orang. Liburan kali ini ceritanya aku jalani dengan orang terkasih dan tercinta. Maklumi saja ya, baru sebulan menikah, bahasa gaulnya, bulan madu atau honeymoon, hihihi. Dengan mengandalkan rute yang tertera dari GPS, kami sangat percaya diri tidak akan nyasar. Well, memang tidak nyasar, namun sedikit was-was, karena uang di dompet Pak Suami tinggal lima puluh ribu rupiah, sedangkan di dompetku hanya lembaran ribuan saja. Hikss, ngenes.

Meski begitu, kita tetap optimis, sepulang dari lokasi tujuan, ATM yang kami tuju sudah online lagi (karena dari pagi kami ke ATM dan sedang offline). Dari pada galau mikirin uang yang sudah menipis, kita buat untuk menikmati perjalanan menuju pantai yang terletak di Gunung Kidul, Yogyakarta. Perjalanan yang kami tempuh dengan kendaraan roda dua itu luar biasa. Jalan yang kami lalui terdiri dari berbagai medan, menanjak, turun, dan berkelok-kelok. Dan setelah memakan waktu perjalanan hampir dua jam (di tempuh dari daerah Ambarukmo), akhirnya sampai juga di Pantai Sundak.
Akhirnya, nyampai juga..

Pantai Sundak ini masih tergolong sepi, tidak seperti pantai di Gunung Kidul yang sudah tersohor. Tepatnya di Desa Sidoharjo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunung Kidul. Merupakan salah satu pantai yang berderetan dengan pantai lain, Pantai Sundak tak kalah pesonanya. Pantai ini juga memiliki air yang masih jernih dan berpasir putih. Wisatawan yang datang juga belum seberapa. Di tempat parkir kendaraan roda dua, masih kurang dari sepuluh sepeda motor, termasuk milik kami. Tetapi kami sangat menyukai tempat ini, yeah, bulan madu memang harus di tempat sepi, hahahaha.

Ketenaran Pantai Sundak memang belum setenar pantai-pantai lain di Gunung Kidul, namun tempat ini merupakan salah satu bumi Indonesia yang indah dan patut dikunjungi. Keindahannya begitu alami dan bersih. Cocok bagi siapa saja yang ingin menikmati jalan-jalan atau hanya sekedar melihat Indahnya Bumi Indonesia.

Pantai Sundak merupakan destinasi wisata di Gunung Kidul, Yogyakarta yang wajib dikunjungi, alasannya :

1. Pantainya masih bersih
Saat ini, kebanyakan pantai di daerah Jawa sudah tercemar. Namun, di daerah Gunung Kidul, salah satunya Pantai Sundak, pantai di sini masih bersih dan asri. Tidak ada sampah yang berserakan, sehingga nyaman bagi pengunjung.

2. View panorama alam yang memukau
Siapa sih yang enggak suka dengan disuguhkan pemandangan alam nan cantik. Dari desiran ombak yang lembut, pasir putih ditambah dengan air jernih. Satu paket ini menjadikan Pantai Sundak memang benar-benar salah satu bumi yang terindah di Indonesia.

3. Pasir putih
Saat ini, pantai berpasir putih menjadi buruan para traveler. Dengan pasir putih, Pantai Sundak memang sangat cantik dan apik.

Nah, itu ketiga alasan mengapa Pantai Sundak merupakan pantai yang perlu dikunjungi saat kita jalan-jalan.

Tapi, apa hanya itu? Rasanya biasa saja ya? Enggak ada menarik-menariknya.

Hmm, tunggu dulu, Pantai Sundak ini, dari pertama kita sampai di tempat parkir, sudah terlihat dengan seksama, terhampar luas butiran pasir putih dan ombak yang bekerjaran. Di samping kanan dan kirinya, terdapat tebing yang menjadikannya pantai ini semakin ekostis.
Di sini titik temu air tawar dan air lautnya

Hal lainnya, di pantai ini mengalir air sungai yang tawar. Bercampur dengan air laut jernih sehingga terumbu karang dan tanaman laut di dalamnya mampu terlihat dengan jelas. Belum lagi ditambah semilirnya angin sepoi-sepoi yang membelai dengan mesra Jadi, suasana semakin romantis dan menyejukkan hati.
Dan di sini kami menikmati pemandangan sambil ngadem di bawah batu karang :D

Bermain seharian di Pantai Sundak rasanya lupa akan waktu. Bermain dengan ombak, atau hanya sekedar memainkan pasir putih nan bersih itu, bisa membuat bahagia. Meski saat itu cuaca panas dan terik matahari, namun kita masih bisa berteduh di bawah bebatuan karang yang terletak di ujung pantai ini. Berpetualang di indahnya bumi Indonesia yang satu ini juga ternyata menyenangkan. Tak perlu khawatir juga ketika lapar menghampiri perut, karena ada beberapa warung berjualan makanan. Untuk harga juga masih standard, enggak mahal.

Oh ya, harga tiket masuk ke pantai ini juga tidak mahal, kita dikenai biaya Rp 19.000 untuk dua orang, sudah termasuk tiket masuk, retribusi, pajak dan lainnya. Murah meriah kan, Guys?

Dengan pesona dan paket lengkap tempat wisatanya, Pantai Sundak memang benar-benar salah satu bumi Indonesia yang terindah dengan pemandangan yang natural. Jadi, bagi siapa saja yang ingin berlibur, baik bersama keluarga, teman-teman, atau hanya sekedar ingin merefresh otak, bisa banget datang ke Pantai Sundak untuk menikmati suguhan alamiah yang memesona.


Yuk, traveling lagi!

Menilik Sejarah Candi Borobudur yang Menjadi Situs Warisan Dunia

Perjalanan wisataku kali ini mendarat di Magelang, Jawa Tengah. Tentu sangat mudah ditebak, ke Magelang, pasti ke Candi Borobudur. Meski sudah berkali-kali ke sini, tapi tidak pernah ada bosan-bosannya. Iya, siapa si yang akan bosan dengan keindahan dan kemasyhuran bangunan sejarah yang dibangun ratusan tahun lalu? Tentunya tidak ada, justru ingin kembali lagi, lagi, dan lagi.

Menurut sejarah, pada zaman itu masyarakat tanah Jawa sangatlah kreatif dan berawawsan sangat luas. Kekuasaannya memang masih dipegang oleh raja-raja. Kala itu pembangunan Candi Borobudur pada masa Kerajaan Mataram Kuno di Jawa, dan yang berkuasa saat itu dari Wangsa Syailendra dipimpin Raja Samaratungga dan selesai pembangunan pada kekuasaan Ratu Pramudawardhani. Pembangunan candi dimulai dari abad ke 8 M hingga 9 M, atau di sekitar tahun 750 M dan rampung pada sekitar tahun 825 M. Pembangunan itu memakan waktu yang lama sekitar 75 - 100 tahun.
Di salah satu lorong candi, dindingnya terdapat pahatan relief

Pada masa itu Candi Borobudur dibangun dengan tujuan sebagai tempat suci atau sembahyangnya para umat Budha. Bangunan tersebut terdapat stupa-stupa yang berjejer dan dinding-dindingnya diukir dengan relief-relief, yang mengisahkan kehidupan kerajaan dan masyarakat pada masa itu.

Uniknya, relief itu dipahat di atas bebatuan, ditata sedemikian rupa dan dibangun menjadi sebuah bangunan yang kokoh dan megah. Bangunan yang bersejarah dan terbesar di dunia umat Budha. Bahkan, yang lebih unik lagi, Candi Borobudur dibangun di atas bukit dengan ketinggian 265 meter atau 869 kaki dari permukaan laut atau 15 meter atau 49 kaki di atas dasar danau purba yang telah mengering. Bangunan candi memiliki luas dasar 123×123 meter, tinggi yang saat ini 35 meter, dan tinggi asli 42 meter (termasuk chattra).
Candi Borobudur tampak depan dari pintu timur

Bangunan candi ini juga memiliki tujuan yang sangat mulia bagi umat Budha, yakni menuntun umat manusia beralih dari alam nafsu duniawi menuju pencerahan dan kebijaksanaan sesuai ajaran Budha. Tujuan itu memang diciptakan agar umat Budha melepaskan segela bentuk nafsu duniawi dan mendapat pencerahan. Cara suci itu dimulai dari dasar candi melalui pintu timur. Kemudian ritual suci itu melalui tiga undakan yang mempunyai arti dan dipercaya sebagai ranah spiritual dalam ajaran Budha. Dan ketiga undakan tersebut memiliki arti tingkatan sakral, yaitu :

1.  Kāmadhātu (ranah hawa nafsu)
Undakan pertama yaitu pada dasar candi, atau yang disebut sebagai Kāmadhātu. Di Candi Borobudur, Kāmadhātu terletak di bagian dasar candi dan tertutup oleh batu-batu candi yang berdiri kokoh. Ini juga merupakan sebagai pondasi bangunan tersebut. Dalam harfiah, Kāmadhātu merupakan ranahnya hawa nafsu. Dalam hal ini, dapat artikan, bahwa tingkatan paling dasar/rendah pada manusia adalah hawa nafsu. Mereka-meraka yang masih mengedepankan hawa nafsu, berarti mereka masih tergolong rendah.

2.  Rupadhatu (ranah berwujud)
Undakan ini terdidi dari empat undakan, yang di mana memiliki lorong-lorong dan dikelilingi dinding-dinding berbentuk relief. Dalam ajaran Budha, Rupadhatu memiliki makna mereka-mereka sudah melepaskan diri dari segala bentuk hawa nafsu, tetapi masih terikat oleh rupa dan bentuk (wujud dunia). Pada tingkat ini melambangkan antara alam bawah dan alam atas (bumi dan langit/nirwana).

3.  Arupadhatu (ranah tak berwujud)
Tingkatan ini merupakan tingkatan tertinggi dalam ajaran Budha, karena mereka mampu melepaskan segala bentuk nafsu dan wujud/rupa serta memiliki pencerahan menuju nirwana (surga). Pada Candi Borobudur, Arupadhatu terletak pada undakan-undakan yang memiliki lorong-lorong dengan dinding relief. Namun, terdiri dari beberapa stupa yang didalamnya terdapat patung Budha. Hal ini menunjukan bahwa Arupadhatu lebih tinggi dan tak berwujud dibandingkan stupa terbesar yang terdapat pada Candi Borobudur.
Di salah undakan yang di atasnya berjejer stupa

Dan seiring berjalannya waktu, Candi Borobudur mulai ditinggalkan oleh masyarakat sekitar abad ke – 14 M. Hal itu terjadi karena mulai lemahnya ajaran-ajaran Hindu dan Budha di tanah Jawa. Bahkan, candi yang megah ini sempat hilang, yang pada akhirnya ditemukan kembali oleh Sir Thomas Stamford Raffles, yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Jenderal Inggris atas Jawa di tahun 1814 M.

Sejak saat itu Candi Borobudur mengalami beberapa kali tindakan perbaikan dan pemugaran. Dan proyek pemugaran terbesar pada kurun waktu 1975 hingga 1982, hal itu merupakan upaya Pemerintah Indonesia dan UNESCO untuk menjadikan Candi Borobudur tetap utuh dan megah. Hingga pada akhirnya pada tahun 1991 Candi Borobudur resmi masuk sebagai Situs Warisan Dunia dalam kategori Budaya.

Masuknya Candi Borobudur ke dalam Situs Warisan Dunia tentunya banyak alasan yang sangat mumpuni. Di antaranya :

1. Dilihat dari sisi sejarahnya, pembangunan candi tersebut sangatlah luar biasa, banyak nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya, bahkan memiliki aspek kehidupan dan agama.

2. Dilihat dari bangunan serta relief, sungguhlah sangat indah dan sedap dipandang mata. Siapa yang tak kagum dengan pahatan-pahatan batu tersebut, dibentuk dan diatur dengan sangat teliti, sehingga batu-batu menjadi sebuah bangunan yang unik dan artistik.

3. Dilihat dari sisi bangunan, Candi Borobudur adalah candi atau kuil sekaligus monumen Budha yang terbesar di dunia.
Jalan menuju pintu gerbang candi, saat ini ada payung-payung menggantung, hal ini unik dan sangat menarik bagi wisatawan

Dan saat ini, Candi Borobudur masih menjadi pusat peribadatan agama Budha, namun tidak menutup para wisatawan untuk berkunjung, untuk mempelajari sejarah-sejarah yang ada di dalamnya. Tak heran, saat ini, banyak sekali pelancong bahkan dari luar negeri yang sangat antusias untuk berkunjung ke Candi Borobudur.
Stupa menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan

Ketenaran Candi Borobudur memang sudah ke mancanegara, dan sangat memikat untuk dikunjungi. Dan hal itu sangatlah baik bagi negara kita, Indonesia. Karena dengan banyak wisatawan asing, tentunya devisa negara juga semakin baik. Selain itu, bisa menunjung perekonomian lokal, mereka bisa membuka usaha kecil yang bisa dijajakan di komplek Candi Borobudur.

Semoga kita sebagai generasi penerus bangsa Indonesia mampu melestarikan dan menjaga warisan dari salah satu leluhur kita, salah satunya menjaga Candi Borobudur ini. Terlebih saat ini telah masuk ke dalam Situs Warisan Dunia yang mana bangunan ini menjadi salah ikon dari Negara Republik Indonesia.

Demikian yang disampaikan. Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba Blog Generasi Pesona Indonesia Jawa Tengah 2017 yang diselenggarakan oleh Generasi Pesona Indonesia Jawa Tengah.

--
Sumber referensi :
1. https://id.wikipedia.org/wiki/Borobudur
2. https://id.wikipedia.org/wiki/Situs_Warisan_Dunia_UNESCO_di_Indonesia 

WaPiSa, Tempat Pinggir Sawah yang Asyik Buat Hangout

Sore itu, dari pusat kota Purwokerto, menyusuri jalan berdua naik sepeda motor. Romantisme itu pun hadir pada kita berdua yang baru beberapa hari melangsungkan ijab qabul. Perjalanan kita menuju pinggiran Purwokerto, di sekitar daerah Ledug.

Tujuan kita sore itu mencari tempat makan yang beda dari biasanya dan unik. Dan tentunya bisa nyantai serta ada aroma romantis-romantisnya gitu. Kata saudara suami si lokasinya di komplek STIKes Harapan Bangsa Purwokerto. Berhubung kita juga belum paham jalan di sini, awalnya kita ke bablas, sampai setelah STIKes, dan belok kiri menuju jalan yang penuh persawahan. Hmm, suasananya enak si sejuk-sejuk gimana gitu, terlebih matahari mulai tenggelam. Tapi, kita kan mau isi perut biar gak kelaperan. Akhirnya kita belok lagi, dan menuju komplek STIKes lagi.

Di sepanjang jalan kita memperhatikan tulisan yang background warna orange, dan akhirnya nemu tulisan 'Pisa'. Ternyata warung itu masuk ke dalam gang, ya kurang lebih 200 meter dari jalan besar. Awalnya agak ragu pas masuk, karena warungnya gelap, menggunakan lampu yang remang-remang. Sudah begitu, di depan, tertuliskan 'Cafe', kan takut juga gak ada menu makanan yang lain cuma kopi yang diracik dengan berbagai rasa dan varian.

Kesan pertama saat masuk warung ini ya cukup gelap, tapi ruangannya luas. Dan yang membuat saya senang, di pinggir jendela langsung bisa melihat area persawahan. Udara dari luar jendela itu sepoi-sepoi gimana gitu. Lebih jauh memandang, lampu jalan seberang sawah sudah menyala, kian memberikan kesan romantis bagi kita berdua, hihihihi.
Ada kesempatan ya buat foto lah :D

Tak berapa pelayan pun datang, memberikan daftar menu kepada kami. Menu di sini kebanyakan menu ala-ala Western atau Modern Asia. Pilah pilih akhirnya aku pesan aku pesan Pizza Home Made Lasagna dan Java Herb Coffee, sedangkan Pak Suami aku pilihin Thai Beef Salad dan Ice Lemon Tea.

Sambil menunggu pesanan datang, tentunya kita berdua foto-foto dulu dan menyaksikan tempat ini. Tempatnya memang adem, luas dan cukup nyentrik. Udara segar dari jendela membuat rasa nyaman tersendiri bagi pengunjung.
Dari tampilan emang sudah menggoda

Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya pesanan datang. Dan aku terkesima dengan Pizza Home Made Lasagna, bukan apa-apa, tapi karena porsinya yang buatku mini. Tapi, ya memang harganya hanya Rp 20.000/porsi, jadi aku maklumi. Untuk rasa, enak, ini beneran, bahkan suamiku pun pas ikut nyicipin dia, juga ikut komentar, “Ini enak.”
Pizza Home Made Lasagna
Irisan keju di atasnya membuat rasa semakin top

Sedangkan untuk Thai Beef Salad, ini merupakan daging sapi yang digril, tumis, yang pada saat pleting ditaruh di atas sayuran segar seperti kobis, paprika, wortel, dan tomat. Rasanya tentu fresh, karena memang sayurannya tidak dimasak terlebih dahulu. Dan menu ini dibandrol Rp 21.000/porsi.
Thai Beef Salad

Ice lemon tea standard, harga juga tidak terlalu tinggi, karena dipatok Rp 11.000/gelas; rasa sama dengan lemon tea lainnya. Tetapi kalau Java Herb Coffee itu lain cerita. Ini kopi hitam yang dicampur cream, dan di dalamnya kayak ada biji kopi apa gitu, rasanya pahit-pahit manis. Berhubung aku gak terlalu suka pahitnya kopi, alhasil, minuman ini aku hibahkan ke orang yang duduk di sampingku. Hehehe...
Java Herb Coffee, juga dibandrol Rp 11.000/gelas

Dan hari pun kian gelap, makanan juga sudah bersih. Saatnya kita melanjutkan perjalanan menikmati perjalanan malam di Purwokerto.


Waroeng Kopi Pinggir Sawah (WaPiSa)
Jl. Raden Patah
Gang Sunan Kalijaga I No. 8

Purwokerto