Menilik Sejarah Candi Borobudur yang Menjadi Situs Warisan Dunia

Perjalanan wisataku kali ini mendarat di Magelang, Jawa Tengah. Tentu sangat mudah ditebak, ke Magelang, pasti ke Candi Borobudur. Meski sudah berkali-kali ke sini, tapi tidak pernah ada bosan-bosannya. Iya, siapa si yang akan bosan dengan keindahan dan kemasyhuran bangunan sejarah yang dibangun ratusan tahun lalu? Tentunya tidak ada, justru ingin kembali lagi, lagi, dan lagi.

Menurut sejarah, pada zaman itu masyarakat tanah Jawa sangatlah kreatif dan berawawsan sangat luas. Kekuasaannya memang masih dipegang oleh raja-raja. Kala itu pembangunan Candi Borobudur pada masa Kerajaan Mataram Kuno di Jawa, dan yang berkuasa saat itu dari Wangsa Syailendra dipimpin Raja Samaratungga dan selesai pembangunan pada kekuasaan Ratu Pramudawardhani. Pembangunan candi dimulai dari abad ke 8 M hingga 9 M, atau di sekitar tahun 750 M dan rampung pada sekitar tahun 825 M. Pembangunan itu memakan waktu yang lama sekitar 75 - 100 tahun.
Di salah satu lorong candi, dindingnya terdapat pahatan relief

Pada masa itu Candi Borobudur dibangun dengan tujuan sebagai tempat suci atau sembahyangnya para umat Budha. Bangunan tersebut terdapat stupa-stupa yang berjejer dan dinding-dindingnya diukir dengan relief-relief, yang mengisahkan kehidupan kerajaan dan masyarakat pada masa itu.

Uniknya, relief itu dipahat di atas bebatuan, ditata sedemikian rupa dan dibangun menjadi sebuah bangunan yang kokoh dan megah. Bangunan yang bersejarah dan terbesar di dunia umat Budha. Bahkan, yang lebih unik lagi, Candi Borobudur dibangun di atas bukit dengan ketinggian 265 meter atau 869 kaki dari permukaan laut atau 15 meter atau 49 kaki di atas dasar danau purba yang telah mengering. Bangunan candi memiliki luas dasar 123×123 meter, tinggi yang saat ini 35 meter, dan tinggi asli 42 meter (termasuk chattra).
Candi Borobudur tampak depan dari pintu timur

Bangunan candi ini juga memiliki tujuan yang sangat mulia bagi umat Budha, yakni menuntun umat manusia beralih dari alam nafsu duniawi menuju pencerahan dan kebijaksanaan sesuai ajaran Budha. Tujuan itu memang diciptakan agar umat Budha melepaskan segela bentuk nafsu duniawi dan mendapat pencerahan. Cara suci itu dimulai dari dasar candi melalui pintu timur. Kemudian ritual suci itu melalui tiga undakan yang mempunyai arti dan dipercaya sebagai ranah spiritual dalam ajaran Budha. Dan ketiga undakan tersebut memiliki arti tingkatan sakral, yaitu :

1.  Kāmadhātu (ranah hawa nafsu)
Undakan pertama yaitu pada dasar candi, atau yang disebut sebagai Kāmadhātu. Di Candi Borobudur, Kāmadhātu terletak di bagian dasar candi dan tertutup oleh batu-batu candi yang berdiri kokoh. Ini juga merupakan sebagai pondasi bangunan tersebut. Dalam harfiah, Kāmadhātu merupakan ranahnya hawa nafsu. Dalam hal ini, dapat artikan, bahwa tingkatan paling dasar/rendah pada manusia adalah hawa nafsu. Mereka-meraka yang masih mengedepankan hawa nafsu, berarti mereka masih tergolong rendah.

2.  Rupadhatu (ranah berwujud)
Undakan ini terdidi dari empat undakan, yang di mana memiliki lorong-lorong dan dikelilingi dinding-dinding berbentuk relief. Dalam ajaran Budha, Rupadhatu memiliki makna mereka-mereka sudah melepaskan diri dari segala bentuk hawa nafsu, tetapi masih terikat oleh rupa dan bentuk (wujud dunia). Pada tingkat ini melambangkan antara alam bawah dan alam atas (bumi dan langit/nirwana).

3.  Arupadhatu (ranah tak berwujud)
Tingkatan ini merupakan tingkatan tertinggi dalam ajaran Budha, karena mereka mampu melepaskan segala bentuk nafsu dan wujud/rupa serta memiliki pencerahan menuju nirwana (surga). Pada Candi Borobudur, Arupadhatu terletak pada undakan-undakan yang memiliki lorong-lorong dengan dinding relief. Namun, terdiri dari beberapa stupa yang didalamnya terdapat patung Budha. Hal ini menunjukan bahwa Arupadhatu lebih tinggi dan tak berwujud dibandingkan stupa terbesar yang terdapat pada Candi Borobudur.
Di salah undakan yang di atasnya berjejer stupa

Dan seiring berjalannya waktu, Candi Borobudur mulai ditinggalkan oleh masyarakat sekitar abad ke – 14 M. Hal itu terjadi karena mulai lemahnya ajaran-ajaran Hindu dan Budha di tanah Jawa. Bahkan, candi yang megah ini sempat hilang, yang pada akhirnya ditemukan kembali oleh Sir Thomas Stamford Raffles, yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Jenderal Inggris atas Jawa di tahun 1814 M.

Sejak saat itu Candi Borobudur mengalami beberapa kali tindakan perbaikan dan pemugaran. Dan proyek pemugaran terbesar pada kurun waktu 1975 hingga 1982, hal itu merupakan upaya Pemerintah Indonesia dan UNESCO untuk menjadikan Candi Borobudur tetap utuh dan megah. Hingga pada akhirnya pada tahun 1991 Candi Borobudur resmi masuk sebagai Situs Warisan Dunia dalam kategori Budaya.

Masuknya Candi Borobudur ke dalam Situs Warisan Dunia tentunya banyak alasan yang sangat mumpuni. Di antaranya :

1. Dilihat dari sisi sejarahnya, pembangunan candi tersebut sangatlah luar biasa, banyak nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya, bahkan memiliki aspek kehidupan dan agama.

2. Dilihat dari bangunan serta relief, sungguhlah sangat indah dan sedap dipandang mata. Siapa yang tak kagum dengan pahatan-pahatan batu tersebut, dibentuk dan diatur dengan sangat teliti, sehingga batu-batu menjadi sebuah bangunan yang unik dan artistik.

3. Dilihat dari sisi bangunan, Candi Borobudur adalah candi atau kuil sekaligus monumen Budha yang terbesar di dunia.
Jalan menuju pintu gerbang candi, saat ini ada payung-payung menggantung, hal ini unik dan sangat menarik bagi wisatawan

Dan saat ini, Candi Borobudur masih menjadi pusat peribadatan agama Budha, namun tidak menutup para wisatawan untuk berkunjung, untuk mempelajari sejarah-sejarah yang ada di dalamnya. Tak heran, saat ini, banyak sekali pelancong bahkan dari luar negeri yang sangat antusias untuk berkunjung ke Candi Borobudur.
Stupa menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan

Ketenaran Candi Borobudur memang sudah ke mancanegara, dan sangat memikat untuk dikunjungi. Dan hal itu sangatlah baik bagi negara kita, Indonesia. Karena dengan banyak wisatawan asing, tentunya devisa negara juga semakin baik. Selain itu, bisa menunjung perekonomian lokal, mereka bisa membuka usaha kecil yang bisa dijajakan di komplek Candi Borobudur.

Semoga kita sebagai generasi penerus bangsa Indonesia mampu melestarikan dan menjaga warisan dari salah satu leluhur kita, salah satunya menjaga Candi Borobudur ini. Terlebih saat ini telah masuk ke dalam Situs Warisan Dunia yang mana bangunan ini menjadi salah ikon dari Negara Republik Indonesia.

Demikian yang disampaikan. Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba Blog Generasi Pesona Indonesia Jawa Tengah 2017 yang diselenggarakan oleh Generasi Pesona Indonesia Jawa Tengah.

--
Sumber referensi :
1. https://id.wikipedia.org/wiki/Borobudur
2. https://id.wikipedia.org/wiki/Situs_Warisan_Dunia_UNESCO_di_Indonesia 

8 comments

  1. Pengen kesana belum kesampaian kak

    ReplyDelete
    Replies
    1. semoga segera kesampaian, seru loh jalan-jalan di Candi Borobudur

      Delete
  2. Semoga menang lombanya ya, Teh. Aku pribadi udah lama banget gak ke Borobudur, ada rencana mau gowes kesana, semoga dalam waktu dekat ini bisa :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin, makasih, Mas Andi..

      Waah asyik tuh, kalau bisa gowes ke Borobudur. Semoga terlaksana ya..

      Delete
  3. gua juga belum pernah kesana, tapi dulu waotu kecil TK pernah kesana, tapi sayang udh tutup:(

    ReplyDelete
    Replies
    1. walah, ya mudah-mudahan bisa main ke candi borobudur ya.. jangan terlalu sore, nanti belum tutup hehehe

      Delete
  4. Saya juga belum pernah kesana, tapi konon borobudur tempat wisata yang paling disukai oleh wisatawan mancanegara.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, karena tempatnya bersih. kita ke sana, gak boleh bawa makanan, pas di depan pintu masuk, tas kita dicek dulu, yang boleh dibawa masuk cuma minuman, dan hal-hal pribadi kita selain makanan.

      Delete

Terima kasih sudah meninggalkan komentar. Maaf, komentar dimoderasi untuk mengurangi komentar spam yang masuk. :)